Kenalan dengan Modal Usaha Bootstrapping, Yuk!

Dalam menjalankan bisnis, modal usaha merupakan salah satu aspek penting agar seluruh kegiatan bisnis mulai dari perencanaan hingga penjualan dapat dieksekusi dengan baik. Lancar atau tidaknya seluruh kegiatan bisnis tadi bergantung pada modal awal usaha yang dimiliki.

Penentuan modal awal harus ditentukan dan dikalkulasi dengan sebaik mungkin. Pertanyaannya adalah, apakah Anda sebagai pemilik bisnis wajib mencari bantuan modal dari pihak ketiga? Atau cukupkah dengan modal yang dimiliki sendiri? Simak penjelasan lengkapnya di sini.

Apa Itu Bootstrapping?

Beberapa mitra UMKM pasti belum familiar dengan istilah ini. Namun, bila Anda ingin membangun UMKM startup, istilah ini pasti tidak terdengar asing. Sebab, cara ini merupakan salah satu cara mendapatkan modal usaha mikro.

Bootstrapping merupakan strategi pengembangan bisnis yang memakai dana pribadi baik owner atau founder tanpa yang dalam jumlah yang besar sebagai modal usaha mikro kepada pihak bank. Para pelaku usaha bisa memulai bisnis dengan modal terjangkau bahkan tanpa modal sama sekali menggunakan cara bootstrapping ini

Meski demikian, apabila pelaku bisnis memilih menggunakan metode ini, founder atau owner harus memikirkan strategi untuk mendatangkan pelanggan sehingga bisa menjadikan pelanggan menjadi new segmented target market untuk dapat dikembangkan di kemudian hari. Selain itu, dengan strategi ini, dana yang dimiliki harus dialokasi pada bagian operasional paling vital dalam siklus bisnis. Perlu kesiapan agar apapun risiko yang terjadi bisa ditangani dengan baik dan sesegera mungkin. 

Baca juga: 5 Inovasi Keuangan Digital untuk Transformasi Perekonomian Nasional

Alasan Bootstrapping

Setiap keputusan pasti ada alasannya terutama di dunia bisnis. Ketika para pemilik bisnis mengambil keputusan untuk melakukan Bootstrapping biasanya dikarenakan beberapa alasan yaitu:

  • Idealisme pelaku bisnis ingin sepenuhnya memiliki kontrol atas bisnisnya tanpa melibatkan pihak ketiga.
  • Pelaku bisnis kurang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang cukup untuk merumuskan segala rencana strategis bisnis agar bisa berjalan dengan lancar.
  • Tidak ingin menghabiskan waktu dalam mencari investor. Biasanya rencana bisnis sudah memiliki strategi yang siap untuk dilepas ke pasar.
  • Keterbatasan dalam melakukan promosi bisnis serta keterbatasan dalam komunikasi dengan pemasok bahan baku ataupun pihak ketiga dalam siklus bisnisnya.
  • Kurangnya pengetahuan mengenai pembiayaan dan permodalan.
  • Tidak ingin membagi kepemilikan bisnis dengan investor terutama pihak bank.

Kelebihan dan Kekurangan dari Bootstrapping

Apapun model bisnis yang diambil sebagai langkah untuk menjalani bisnis, pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Yuk, simak kelebihan dan kekurangan bootstrapping berikut ini:

Kelebihannya:

  1. Memiliki Wewenang Penuh, Sebab Anda yang mengontrol semuanya termasuk hasil keuntungan dari bisnis. Selain itu, segala wewenang untuk mengatur pemasukan dan pengeluaran juga ada pada tangan Anda. Keuntungan bootstrapping tentu saja memberikan kebebasan pada pemilik usaha.
  2. Bisa Lebih Fleksibel dalam Berbisnis, Jika Anda yang mengontrol dan menentukan keputusan-keputusan bisnis, Anda lebih mudah mengendalikan dan mengubah arah bisnis. Sebab, Anda tidak perlu mengadakan rapat keputusan dengan para investor untuk meminta persetujuan atas penggantian keputusan bisnis.
  3. Fokus Pada Pengembangan Produk, Anda harus memikirkan baik-baik tentang USP (Unique Selling Point) dan inovasi produk. Sebab, sebagai startup awal, Anda bisa berfokus pada pengembangan dan inovasi dengan maksimal. Kembali pada yang sudah disebutkan sebelumnya, Anda memiliki kebebasan menentukan keputusan bisnis.

Baca juga: Cara Menghitung Bunga Pinjaman yang Efektif dan Mudah

Kekurangannya:

  1. Networking Terbatas, Dengan melakukan bootstrapping, Anda akan terbentur dengan koneksi pada penyuplai atau pihak ketiga yang bisa membantu Anda mendapatkan keuntungan bisnis. Relasi yang terbatas dapat menjadi sandungan untuk bisnis Anda berkembang.
  2. Bisnis Berkembang dengan Lambat, Melakukan bootstrapping berarti Anda berada dalam zona nyaman. Terkadang zona nyaman ini, enggan melakukan inovasi atau rencana pengembangan produk. Sehingga tak jarang, pertumbuhan bisnis menjadi lambat berkembang bahkan cenderung monoton.
  3. Risiko Besar Harus Ditanggung Sendiri, Seperti yang dikemukakan di atas, kontrol atas bisnis dipegang sendiri oleh pemilik bisnis. Tentu harus siap menanggung risiko kerugian bahkan bangkrut. Sebab, seringkali zona nyaman yang menggerogoti bootstrapping menggiring pelaku bisnis kepada jurang kerugian yang harus ditanggung sendiri.

Itulah tadi seputar bootstrapping yang perlu Anda ketahui, terutama bagi Anda yang baru ingin memulai berbisnis dengan metode bootstrap ini. Memiliki usaha atau bisnis sendiri merupakan hal yang diimpikan banyak orang. Tidak bergantung pada orang lain, membuka lapangan pekerjaan, bekerja sesuai dengan cita-cita adalah hal yang sempurna untuk dijalankan. 

Membutuhkan modal usaha tambahan? Jangan ragu untuk mendapatkan modal usaha tambahan di Investree. Naikkan omzet, lancarkan cashflow bisnis Anda dengan mengajukan pinjaman bisnis di Investree. Marjin mulai 1% per bulan, proses mudah dan transparan. Investree sudah berizin dan diawasi OJK.

Referensi:

https://www.investopedia.com/terms/b/bootstrapping.asp#:~:text=Bootstrapping%20describes%20a%20situation%20in,revenues%20of%20the%20new%20company.

https://www.shopify.co.id/encyclopedia/bootstrapping