Apa itu Inflasi dan Dampaknya Terhadap Keuangan Pribadi di Tahun 2024

Apa itu Inflasi dan Dampaknya Terhadap Keuangan Pribadi di Tahun 2024

Inflasi merupakan suatu konsep ekonomi yang mencerminkan kenaikan secara umum dan terus-menerus dalam harga barang dan jasa di pasar. Pemahaman yang baik tentang inflasi sangat penting dalam merencanakan keuangan pribadi, karena fenomena ini memiliki dampak signifikan pada daya beli uang. Seiring berjalannya waktu, nilai uang cenderung menurun karena inflasi, sehingga diperlukan strategi keuangan yang bijak untuk melindungi aset dan mengatasi potensi kerugian akibat perubahan nilai mata uang. Artikel ini akan memberikan pengenalan singkat tentang inflasi, mengulas faktor-faktor yang mempengaruhinya, dan membahas pentingnya memahami inflasi dalam konteks perencanaan keuangan pribadi.

Apa Itu Inflasi?

Menurut website Bank Indonesia, inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Pada tahun 2022, pemerintah menetapkan sasaran inflasi sebesar 3,0% dengan deviasi ±1% . Pada tahun 2023, sasaran inflasi ditetapkan sebesar 3,0% dengan deviasi ±1% dan pada tahun 2024, sasaran inflasi ditetapkan sebesar 2,5% dengan deviasi ±1%.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat inflasi antara lain:

  • Permintaan dan penawaran
  • Lingkungan eksternal seperti nilai tukar, harga komoditas internasional
  • Perkembangan ekonomi global, serta ekspektasi inflasi di masa depan.

Baca juga: Jenis-jenis inflasi dan cara mengatasinya

Dampak Inflasi Terhadap Keuangan Pribadi

Menurut Manulife, inflasi dapat mempengaruhi keuangan pribadi dalam beberapa cara:

  • Meningkatkan pengeluaran: Inflasi menyebabkan harga barang dan jasa meningkat, sehingga anggaran pengeluaran pun akan naik. Bertambahnya anggaran belanja bisa mengurangi anggaran rutin untuk menabung dan berpotensi mengganggu rencana keuangan di masa depan.
  • Menurunkan daya beli: Dampak inflasi yang paling terasa adalah menurunnya daya beli masyarakat. Harga barang dan jasa yang melambung tinggi membuat orang-orang tidak mampu untuk melakukan transaksi jual-beli.

Untuk mengantisipasi dampak inflasi pada keuangan pribadi, Anda dapat mempertimbangkan beberapa hal berikut:

Bijak saat berbelanja: Untuk mengantisipasi dampak inflasi, Anda dapat membagi pos kebutuhan dan keinginan. Saat berbelanja, utamakan barang-barang yang memang dibutuhkan dan hindari panic buying.

Memanfaatkan hobi: Anda dapat memperoleh pemasukan tambahan dengan memaksimalkan hobi, sehingga akan memperoleh penghasilan tambahan selain dari pemasukan utama. Digitalisasi yang terus berkembang bisa dimanfaatkan untuk mendukung ide, kreativitas, maupun jasa, dengan memanfaatkan platform-platform online sebagai tempat berjualan.

Dana darurat: Tidak kalah penting untuk menyiapkan dana darurat atau dana khusus. Dana darurat ini dialokasikan untuk kebutuhan-kebutuhan mendadak maupun tidak terduga.

Investasi: Anda dapat melakukan investasi sesuai profil risiko, dengan memilih investasi yang tepat. Inflasi bisa mengurangi nilai riil uang, sehingga pilih investasi yang memberikan keuntungan lebih besar dibandingkan tingkat inflasi seperti pasar modal dan reksa dana. Dikarenakan setiap investasi memiliki risiko, maka Anda dapat memperhatikan profil risiko masing-masing dan menyesuaikan dengan kondisi keuangan.

Anda bisa mencoba instrumen investasi Surat Berharga Negara yang tentunya dijamin oleh pemerintah dan pastinya untung. Atau anda juga bisa mencoba untuk menjadi lender di P2P Lending dengan memberikan pendanaan ke beberapa perusahaan (CV/PT) yang membutuhkan modal usaha dan modal kerja dengan mendapatkan keuntungan sesuai kesepakatan

Baca juga: Surat Berharga Negara (SBN) Ritel: Jenis SBN, Cara Beli dan Instilah Penting dalam Investasi SBN

Inflasi di Tahun 2024: Proyeksi dan Tren

Untuk membaca dan mengantisipasi tren inflasi di tahun 2024, Anda dapat memperhatikan beberapa hal berikut:

  • Mengamati pergerakan harga: Perhatikan pergerakan harga barang dan jasa yang Anda beli secara rutin. Jika terjadi kenaikan harga yang signifikan, maka kemungkinan besar inflasi sedang terjadi.
  • Mengamati pergerakan nilai tukar: Pergerakan nilai tukar dapat mempengaruhi harga barang dan jasa yang diimpor. Jika nilai tukar mengalami depresiasi, maka harga barang dan jasa yang diimpor akan naik, sehingga meningkatkan biaya produksi dan akhirnya mendorong inflasi.
  • Mengamati kebijakan pemerintah: Kebijakan pemerintah seperti pengendalian harga BBM, tarif listrik, dan tarif angkutan dapat mempengaruhi tingkat inflasi.

Studi Kasus: Kasus Inflasi Indonesia Tahun 1966

Kasus inflasi yang terkenal di Indonesia adalah pada tahun 1966, di mana inflasi mencapai 653,3%. Pada saat itu, pemerintah melakukan tindakan di sektor keuangan pada Agustus 1959 dan diikuti oleh kenaikan harga barang baik di pedalaman maupun di kota besar. Selain itu, penerbitan uang rupiah baru pada 13 Desember 1965 juga turut mengerek angka inflasi mencapai level tertinggi.

Dari kasus inflasi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1966, kita dapat mengambil beberapa pelajaran. Pertama, inflasi dapat terjadi karena berbagai faktor, seperti kenaikan biaya produksi, kenaikan permintaan, atau penurunan pasokan. Kedua, inflasi dapat mempengaruhi perekonomian secara signifikan, seperti menurunkan tingkat kesejahteraan masyarakat dan menurunkan nilai riil tabungan dan pinjaman. Ketiga, pemerintah perlu mengambil tindakan yang tepat untuk mengendalikan inflasi, seperti kebijakan moneter dan fiskal. Keempat, masyarakat perlu memperhatikan naik turunnya harga barang dan jasa dan mengambil tindakan yang tepat untuk mengatasi inflasi, seperti menabung dan berinvestasi.

Saat ini, inflasi di Indonesia masih menjadi perhatian utama. Menurut Bank Indonesia, inflasi pada Oktober 2023 tercatat sebesar 3,16%. Bank Indonesia terus memantau inflasi dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk menjaga stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi.