Sudah mulai merencanakan keuangan? Awal tahun menjadi momen yang sangat baik untuk mulai membenahi cara kita dalam mengelola keuangan pribadi. Terlepas status lajang, menikah, punya tanggungan, karyawan, pekerja lepas, maupun ibu rumah tangga, tidak menghambat seseorang untuk memperbaiki posisi keuangan. Apalagi awal tahun 2020 ini, Indonesia dilanda beberapa bencana alam yang pada akhirnya juga berpengaruh terhadap kondisi keuangan. Jika hal seperti ini terjadi lagi, apakah keuangan Anda siap?
Salah satu indikator keuangan rumah tangga sehat adalah siap dalam menghadapi kondisi yang tak terduga. Bencana alam, musibah pribadi, serta berbagai pengeluaran yang tak dianggarkan sebelumnya akan dapat teratasi apabila rumah tangga memiliki kecukupan dana darurat.
Kebutuhan dana darurat setiap orang akan berbeda tergantung dari situasi kehidupannya. Secara umum, kebutuhan minimum setiap orang adalah dapat menutup biaya hidup utama untuk 1 bulan kedepan. Masih ingat konsep bujet 50:30:20 dari ZAP Finance? 50 adalah alokasi bulanan untuk biaya hidup utama. Jika biaya hidup sejumlah 5 juta rupiah, maka rumah tangga perlu ada dana darurat minimal sejumlah 5 juta rupiah yang dialokasikan di tabungan terpisah. Namun, idelanya, keluarga akan terus mengumpulkan dana darurat hingga jumlah idealnya yaitu biaya hidup utama dikali dengan faktor ideal. Berikut ini indikatornya:
- Dikali 3 apabila Anda tidak memiliki komitmen utang, berpenghasilan dibawah 100 juta setiap tahun, dan tidak memiliki tanggungan termasuk orang tua.
- Dikali 6 apabila Anda sudah memiliki pasangan (yang mungkin juga bekerja), namun sudah memiliki komitmen utang bulanan.
- Dikali 9 apabila Anda berpenghasilan diatas Rp 100 juta, sudah memiliki 3 tanggungan, dan masih memiliki komitmen utang bulanan.
- Dikali 12 apabila Anda menanggung hidup anak mau pun orang tua (dan anggota keluarga lain), atau Anda bekerja sebagai pekerja lepas maupun pengusaha.
Agar keuangan rumah tangga siap dalam menghadapi bencana maupun hal yang tak terduga, maka ada langkah-langkah yang sebaiknya diikuti. Pertama, memastikan kecukupan dana darurat saat ini. Anda dapat menggunakan indikator dana darurat untuk menilainya. Misalnya, Anda memiliki dana sebesar Rp 100 juta. Apabila hasil perhitungan indikator Anda membutuhkan dana darurat sebesar Rp 80 juta, maka dana ini wajib ditempatkan di rekening tabungan yang terpisah dengan urusan operasional. Sedangkan Rp 20 juta sisanya dapat ditempatkan di aset lainnya. Salah satu yang menarik untuk dicoba adalah menjadi Lender di fintech lending platform yang prinsipnya memberikan pinjaman kepada sebuah usaha yang membutuhkan dana tunai seperti Investree. Atas penempatan dana, maka Lender akan mendapatkan bagi hasil menarik. Saya sarankan, dana bagi hasil digunakan untuk menambah saldo dana darurat lagi agar posisi keuangan semakin kuat.
Kedua, pastikan aset bernilai besar memiliki perlindungan asuransi kerugian yang memadai. Prioritaskan pembelian asuransi kerugian untuk asuransi rumah tinggal dan asuransi kendaraan. Pahami klausul di polis yang Anda beli dan pastikan perlindungan terhadap bencana alam seperti banjir dan gempa bumi termasuk di dalamnya.
Ketiga, apabila musibah bencana dan lainnya terjadi, maka jangan panik. Anda dapat mempergunakan saldo dana darurat untuk membiayai berbagai kebutuhan harian, memperbaiki barang yang rusak maupun menggantinya. Setelah kondisi pulih, maka kumpulkan lagi dana darurat hingga saldo idealnya.
Musibah, bencana, dan lainnya adalah takdir manusia yang mungkin harus dijalankan. Namun, saat ujian tersebut datang, akan lebih mudah bagi setiap rumah tangga melewatinya apabila didukung oleh kondisi keuangan yang kuat. Mari mulai menyehatkan keuangan rumah tangga agar siap dalam menghadapi berbagai hal yang tak terduga. Live a beautiful life!