Peer-to-Peer Lending: Sebuah Alternatif Investasi

TABUNGAN DAN DEPOSITO
Contoh paling mudah dari program penyimpanan uang adalah tabungan dan deposito. Dua produk perbankan bank yang paling umum ditemui di Indonesia. Bahkan, sedari kecil kita sudah diajarkan untuk gemar menabung atau menaruh dana berlebih di bank. Sebagai balasannya, bank memberikan bunga yang dapat menambah uang Anda.

Tapi nyatanya, biaya hidup modern saat ini terus meningkat secara signifikan akibat inflasi. Hingga inflasi menjadi momok yang merobek kantong kita semua. Lihat saja kala menjelang Lebaran, seperti sudah dikomando, harga-harga bahan pokok meningkat tajam. Atau jika dulu biaya parkir hanya Rp1.000 per motor per jam, kini menjadi Rp2.000 per motor per jam.

Dari waktu ke waktu, inflasi terus menanjak. Tapi di satu sisi, bank tidak memberikan peningkatan bunga tabungan yang mampu mengimbangi kenaikan harga tersebut. Di sini dapat kita simpulkan, tabungan dan deposito tidak lagi menjadi produk yang menarik untuk menyimpan uang. Alasannya satu, mereka memberikan bunga yang rendah.

PASAR SAHAM
Nah, pasar saham merupakan salah satu area menarik untuk menaruh uang Anda. Bagaimana tidak menggiurkan, tinggal membeli minimal 1 lot saham saja, trading atau perdagangan saham bulanan bisa saja menghasilkan return atau pengembalian 10%. Sementara dalam jangka waktu 10 tahun, kenaikan harga di Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bisa mencapai 915,82%.
Eits, Anda boleh saja tergiur, tapi tidak sembarang orang bisa masuk ke investasi jenis ini loh. Karena butuh pemahaman mendalam dan pengalaman untuk berinvestasi di saham.
Bagaimana tidak, dalam perdagangan saham harian, harga saham bisa naik turun drastis secara tidak menentu alias volatil. Dengan kata lain, bikin sport jantung. Jika dana Anda mepet, bisa saja habis dalam sakian detik. Mengerikan, bukan?

OBLIGASI
Bila Anda mencari bentuk investasi dengan tingkat risiko yang relatif rendah namun dapat memberikan keuntungan tetap, investasi obligasi bisa menjadi pilihan tepat. Saat ini, di Indonesia tersedia beberapa produk pilihan obligasi, misal Obligasi Negara, Obligasi Negara Ritel (ORI), serta Sukuk Negara Ritel (SUKRI).
Dengan investasi obligasi, Anda bisa memperoleh pendapatan dari kupon reguler yang dibayarkan oleh penerbit obligasi secara berkala, serta dari nilai obligasi saat jatuh tempo.

Khusus untuk ORI, sejumlah pandangan menganggapnya lebih menarik ketimbang deposito sebab memiliki return di atas inflasi. Bahkan potongan pajak ORI lebih rendah dibanding deposito. Anda juga bisa memperjualbelikannya di pasar sekunder, yaitu di Bursa Efek Indonesia. Di pasar sekunder pula ORI dapat dijual jika Anda ingin mencairkannya sebelum jatuh tempo.
Tapi, tidak semua orang cocok berinvestasi di obligasi negara ini. Sebelum Anda terjun, pastikan tujuan investasi bisa diwujudkan dengan ORI.

REKSA DANA
Bagaimana dengan investasi di mutual fund? Sekilas, investasi ini terlihat mudah dan menjanjikan. Sebab Anda hanya tinggal menaruh dana ke para profesional. Lalu biarkan para profesional tersebut bekerja untuk mengelola dana Anda.
Untuk investasi ini, Anda pun memiliki banyak pilihan. Misalkan saja reksadana, atau produk campuran antara asuransi dan investasi yang bernama Unit Link.

Tapi jangan salah, investasi ini juga punya kelemahan. Tanpa disadari, Anda harus membayar aneka fee dan komisi ke profesional atau perusahaan pengelolaan dana tersebut. Nilai fee dan komisi itu pun tidak sedikit. Tahu-tahu, dana yang Anda tanam banyak tergerus.
Kerugian lain, Anda tidak bisa menarik begitu saja dana yang ada dalam produk ini. Butuh beberapa hari untuk mengajukan permohonan penarikan hingga pencairan dana. Dan jika butuh dana mendadak, sementara kondisi pasar sedang turun, mau tidak mau Anda harus menjual reksadana dalam kondisi rugi.

P2P Lending
Nah, kini ada skema investasi yang terbilang baru di Indonesia, namanya P2P lending atau crowd-lending. Anda belum pernah mendengarnya? Yuk, kita kupas tuntas investasi ini.

P2P lending atau crowd-lending juga sering disebut debt crowdfunding, marketplace lending, atau alternative lending. Skema P2P lending sangat populer di Amerika Serikat, Inggris, dan Tiongkok. Di Indonesia, salah satu perusahaan besar yang menawarkan investasi jenis ini adalah Investree, yang bermarkas di Singapura.

Untuk mudahnya, P2P lending ibarat perusahaan yang berperan sebagai biro jodoh. Tapi bukan calon pasangan kasmaran yang mereka pertemukan, melainkan para pemberi pinjaman (lender) dengan para pencari pinjaman (borrower).
Jika Anda adalah pebisnis atau pemilik perusahaan, Anda bisa meminjam sejumlah uang dari pemberi pinjaman, dengan jangka waktu tertentu. Saat jatuh tempo pinjaman, Anda harus mengembalikan pinjaman beserta bunganya. Dan semua proses pengajuan pinjaman jauh lebih singkat ketimbang Anda mengajukan permohonan ke bank. Keuntungannya, Anda akan mendapatkan yield lebih baik dalam jangka waktu lebih singkat.

Tapi Anda pun harus berhati-hati, walaupun investasi P2P lending ini menarik, ada pula risikonya, terutama bagi Anda yang berperan sebagai investor pemberi pinjaman. Tetapi di perusahaan P2P yang satu ini, Investree, risiko sudah dianalisa dan melalui prosedur credit risk sebagaimana layaknya bank, sehingga investasi Anda sudah diamankan semaksimal mungkin.

Kabar baiknya lagi, portal Investree sudah memenuhi berbagai ketentuan regulasi di Indonesia dan transparan. Sebagai perusahaan P2P lending di Indonesia, Investree telah bekerja sama dengan firma hukum terkemuka untuk memastikan bahwa setiap perjanjian yang mengikat secara hukum untuk melindungi kepentingan investor. Menarik, bukan?