Menghidupkan Bisnis Fashion di Tengah Pandemi Bersama Investree dan wifkain

Terdampak oleh pandemi, ternyata para pelaku usaha fashion masih menyimpan optimisme yang luar biasa di balik perjuangan mereka mempertahankan bisnis. Investree dan wifkain pun hadir menawarkan solusi keuangan yang efisien untuk menjadikan UKM bangkit. 

Tak pernah terbayang sedikit pun pelaku usaha akan menghadapi situasi penuh tantangan akibat pandemi Covid-19 seperti sekarang. Segala cara dilakukan agar bisnis tetap bertahan dan penjualan mampu terbukukan. Salah satunya oleh pelaku usaha dari industri fashion. Tak hanya mengubah lanskap bisnis yang tadinya sangat mengandalkan penjualan gerai fisik menjadi penjualan secara online, adanya pandemi turut mempengaruhi pergeseran tren busana yang harus diterapkan oleh para pelaku usaha fashion. Dari yang biasanya musiman menjadi lebih timeless. Oleh sebab itu, mereka otomatis dituntut untuk berpikir dan berusaha lebih keras dalam mempertahankan bisnis terutama menjaga keuangan perusahaan.

Lebih lanjut, ternyata kekuatan terbesar dari industri fashion terletak pada manajemen persediaan (inventory management) yang baik. Ini merupakan salah satu aspek terpenting dalam pengelolaan rantai pasokan. Mirip dengan industri lain yang berurusan dengan barang fisik, manajemen persediaan atau inventaris fashion memastikan bahwa Anda sebagai pelaku UKM memiliki cukup stok barang kapan saja.  Kata kuncinya di sini adalah “cukup”. Karena kami tahu apa yang terjadi jika Anda memiliki terlalu sedikit atau terlalu banyak stok… Stok yang tidak mencukupi berarti kehabisan stok, sehingga pelanggan akan marah dan biaya peluang dari penjualan akan hilang. Sedangkan stok berlebih berarti biaya persediaan tinggi dan muncul risiko dead stock alias stok mati nggak jalan ke mana-mana. Jangan sampai, deh!

Setelah kemunculan pandemi, hal tersebut menjadi semakin krusial. Karena pada kenyataannya, pandemi Covid-19 telah menyebabkan gangguan pasokan dan permintaan yang berdampak pada kegiatan dan manajemen rantai pasokan pada industri ini. Di sinilah Investree dan salah satu partner yaitu wifkain–sebuah supply chain platform yang memudahkan serta memenuhi kebutuhan kain dan produksi–masuk. Mencoba untuk menyelesaikan permasalahan besar yang sedang dihadapi oleh para pegiat industri fashion saat ini dengan membukakan akses pembiayaan yang mudah dan cepat.

Co-Founder & CEO wifkain, Sara Sofyan, menuturkan, “Jika ditanya alasan kenapa wifkain sangat tertarik bekerja sama dengan Investree, karena kami ingin memberikan dukungan yang sifatnya penuh bagi klien kami. Bisa dibilang, wifkain dan Investree saling melengkapi lah. Sebagai perusahaan B2B yang membutuhkan pihak ketiga untuk bertumbuh, wifkain ingin memudahkan para pelaku UKM di industri fashion mendapatkan suplai kain dan produksi secara praktis dan murah dan pada waktu bersamaan, memberikan opsi pembiayaan yang menguntungkan dengan berkolaborasi dengan platform fintech terpercaya seperti Investree.”

Melalui kerja sama yang sudah terjalin selama kurang lebih setahun ini, Investree mendukung fasilitas “Pay Later” wifkain yang memungkinkan para klien melakukan pembayaran secara simpel dengan menggunakan skema cicilan dalam memperoleh pasokan kain. Hal ini dapat menjadi solusi arus kas bisnis pelaku UKM di mana mereka berkesempatan mendapatkan pembayaran tempo sampai dengan 6 (enam) bulan atau lebih. Prosesnya pun akan lebih mudah jika klien aktif dalam aktivitas penjualan online dan/atau bekerja sama dengan saluran pembayaran seperti Midtrans, Xendit, Tokopedia, dan Clodeo. Selain itu, klien wifkain juga akan mendapatkan manfaat lainnya yaitu tingkat bunga yang kompetitif. Bantuan pembiayaan dengan sistem bayar nanti yang disalurkan oleh Investree ini disebut dengan Buyer Financing.

Buyer Financing sangat tepat digunakan oleh klien wifkain karena skema pembayaran mereka mayoritas adalah bullet repayment atau pembayaran dalam satu bagian di akhir jangka waktu. Jadi mereka tunggu sampai seluruh barang yang mereka miliki terjual, penjualan masuk ke dalam rekening mereka, baru mereka melakukan pembayaran kepada wifkain. Di sini, fasilitas “Pay Later” dari Investree dan wifkain bisa membantu mereka memenuhi kebutuhan operasional. Dapat pula dimanfaatkan oleh merek-merek yang ingin bertumbuh atau berekspansi berkali-kali lipat agar tidak kehilangan momentum atau kesempatan mereka masing-masing,” kata Danang Kusuma, VP Strategic Partnership Investree, yang menginisiasi kerja sama ini dan sejak awal berhubungan erat dengan Sara dan wifkain.

Sebagai supply chain platform yang berkantor pusat di Jakarta, peran wifkain adalah menghubungkan banyak klien atau merek yang dimilikinya dengan pabrik kain, konveksi, dan garmen. Sekarang, wifkain sudah mempunyai lebih dari 30 mitra pabrik kain dengan 3000 variasi bahan serta 20 mitra produksi dengan total kapasitas Rp 1,5 juta per bulan. Kliennya pun telah meluas tidak hanya terbatas di Pulau Jawa tapi juga Bali dan kota-kota besar di Sumatera dan Kalimantan. “Uniknya di masa pandemi ini, merek-merek yang tergabung dalam ekosistem kami justru bertambah karena banyak pemain baru yang ingin memfokuskan diri pada produksi baju-baju santai/rumahan, olahraga, dan anak-anak. Permintaannya terus meningkat karena aktivitas masyarakat saat ini masih lebih banyak dihabiskan di rumah. Ini membuat para pelaku semakin optimis dalam mengembangkan bisnis mereka,” ujar Sara antusias.

Ia menambahkan, peningkatan pemain tersebut juga disebabkan oleh pesatnya perkembangan bisnis online yang memaksa para pelaku berpindah dari bisnis offline menjadi online dan menguatkan kehadiran mereka di sana. Lagi-lagi hal itu juga karena adanya pembatasan sosial di mana masyarakat sehari-hari menghabiskan sebagian besar waktunya di rumah. “Sekarang trennya orang lebih suka belanja dari rumah. Hal itu “memaksa” para pelaku UKM fashion untuk bisa keep up dengan segala hal yang berhubungan dengan bisnis online termasuk menjalankannya. Makanya wifkain selalu semangat menawarkan fasilitas “Pay Later” atau pembiayaan dari Investree kepada klien-klien kami, berguna dalam mengelola inventaris dan mengamankan arus kas perusahaan,” ucapnya. Sekali lagi, rantai pasokan yang kuat adalah kunci agar bisnis fashion dapat terus bertahan maupun berkembang terlebih di tengah pandemi.

Dalam menghidupkan bisnis fashion di Indonesia, Sara mengakui ia dan timnya punya beberapa harapan terhadap kerja sama wifkain dengan Investree ke depannya. Harapan ini merupakan kumpulan aspirasi para klien yang berhasil dikumpulkan oleh timnya. Yang pertama adalah penyediaan dukungan pembiayaan dengan skema syariah. “Ternyata cukup banyak klien kami yang menanyakan apakah fasilitas “Pay Later” juga tersedia versi syariahnya atau tidak, dan itu menjadi sinyal yang baik,” tutur Sara. Sedangkan Danang menanggapi, “Tentu Investree sangat terbuka untuk bersama-sama mengeksplorasi hal baru apa yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan kerja sama ini, salah satunya penyediaan pembiayaan berskema syariah. Kami berupaya untuk bisa mewujudkan hal tersebut dengan mulai menyiapkan dari segi sistem dan SDM sehingga nantinya ketika dieksekusi, manfaatnya benar-benar bisa dirasakan oleh para pelaku UKM.”

Yang kedua adalah cross-selling antara wifkain dan Investree agar lebih agresif. Ke depannya, diharapkan ada hasil kerja sama baru yang bisa keduanya berikan kepada klien-klien wifkain untuk melengkapi fasilitas “Pay Later” yang sudah ada sebelumnya sehingga semakin banyak pelaku UKM fashion yang terbantukan–semakin berdaya dari segi keuangan bisnisnya.

Kalau sudah begitu, kejar target yang berlipat-lipat bukan lagi jadi halangan bagi para pelaku UKM fashion yang sedang berjuang di masa penuh tantangan seperti sekarang. Yang penting harus pintar dan gesit memanfaatkan peluang dalam mengelola dan mengontrol level inventaris fashion dengan baik sekaligus memperoleh pembiayaan yang cerdas dari saluran kredibel. Sekarang kalau mau mengakses keduanya, sudah tahu, kan, harus ke mana?