Dari lokal menjadi besar. Semangat itu yang dibawa oleh Investree dan Dagangan yang sudah bekerja sama selama setahun belakangan menghadirkan bantuan pembiayaan bagi pelaku UMKM di pedesaan. Harapannya, agar kata “besar” bisa menjadi “global”.
Masih di tengah kondisi pandemi di mana segala hal serba tak pasti dan perekonomian terkontraksi cukup dalam (apalagi sekarang kita masuk gelombang kedua Covid-19, semoga semua selalu diberikan kesehatan), pelaku usaha kembali dan terus dituntut berpikir bagaimana menjaga bisnis mereka agar tetap hidup. Kalau pelaku usaha di kota, pilihan mereka untuk berkembang dan menambah jaringan masih tersedia lumayan banyak. Tapi kalau di pedesaan? Tak banyak opsi yang mereka miliki. Apalagi biasanya, untuk jenis-jenis usaha seperti warung, toko kelontong, dan semacamnya, pelaku usaha di desa harus menempuh jarak yang cukup jauh untuk mendapatkan persediaan. Itu pun belum tentu tersedia di kota karena pandemi menyebabkan akses dan ketersediaan menjadi terbatas. Bayangkan betapa banyak tenaga, waktu, dan biaya yang dihabiskan oleh pedagang dari desa untuk itu.
Permasalahan di atas lah yang coba diselesaikan oleh Dagangan, sebuah platform online yang mempunyai cita-cita merawat keramahan dan semangat ekonomi rural. Dagangan menawarkan solusi layanan digital satu pintu untuk proses kulakan dan pembelian produk grosir. Fokus mereka adalah mendukung proses perdagangan tradisional yang mencakup 70% transaksi barang konsumsi seperti sembako, camilan, dan makanan-minuman kemasan serta berlokasi di kota-kota tier 3 dan 4 hingga daerah pedesaan. Dengan memanfaatkan produk “Dagangan Warung”, pedagang dapat menambah stok persediaan kapan saja dan di mana saja melalui aplikasi Dagangan di smartphone mereka. Tinggal isi data diri, beli stok sesuai yang dibutuhkan, barang-barang tersebut akan diantar sampai ke depan pintu warung atau toko kelontong mereka. Dagangan juga melibatkan tokoh masyarakat dan komunitas lokal untuk memudahkan dalam mendistribusikan barang sampai ke pelosok, sehingga ekosistem setempat dapat tumbuh bersama-sama.
Apa yang dilakukan Dagangan memang positif dan mulia yaitu membukakan akses bagi pelaku UMKM super mikro untuk bisa melakukan kulakan lebih mudah dan praktis, namun bukan berarti tanpa tantangan. Rata-rata untuk menambah stok persediaan, pedagang di desa hanya punya uang Rp 500 ribu, mentok Rp 1 juta. Padahal dalam seminggu mereka bisa kulakan beberapa kali. Perputaran uang memang cepat, tapi mereka tetap butuh sokongan dana agar tumbuh lebih pesat. Thank God Dagangan bertemu dengan Investree! Menggunakan produk unggulan Working Capital Term Loan, Investree menyalurkan pembiayaan kepada pedagang-pedagang yang ada dalam ekosistem Dagangan untuk keperluan menambah persediaan. Jika pedagang mampu membeli lebih banyak, otomatis usahanya juga bisa lebih berkembang dan tetap stabil di tengah pandemi.
Dalam kerja sama pembiayaan ini, Investree mengaplikasikan produk Working Capital Term Loan (WCTL) di mana pinjaman bisnis yang ditujukan adalah untuk ritel/individu dengan jenis usaha super mikro. Kenapa menggunakan produk WCTL karena produk pinjaman modal kerja ini cocok dengan kondisi atau model bisnis pedagang pedesaan yang unik. Mereka yang ada dalam binaan atau ekosistem Dagangan akan menerima pembayaran dari Investree melalui Dagangan sebagai “pintu gerbang”. Catatan penjualan setiap pedagang pedesaan yang dipegang oleh Dagangan akan dijadikan dasar penilaian credit-scoring oleh Investree atas usaha mereka. Dengan skema pembayaran cicilan, pemilik warung, toko kelontong, maupun usaha sejenisnya dapat memanfaatkan pinjaman ini untuk meringankan pengeluaran atas biaya operasional dan penyediaan stok barang.
Berkesempatan ngobrol dengan Co-Founder Dagangan, Wilson Yanaprasetya, dia bilang, “Selama setahun Dagangan berkolaborasi dengan Investree, sudah banyak UMKM yang terbantu dan berhasil melakukan perluasan usaha. Salatiga dan Magelang, itu salah dua kota yang paling banyak mendapatkan bantuan dari Investree sejauh ini. Masih banyak daerah dan pedesaan yang punya potensi dagang sangat besar dan bisa kita dukung dari segi permodalan. Menariknya, dengan Dagangan membangun hub dan kanal distribusi di setiap desa sekaligus melibatkan warga lokal untuk menyelesaikan masalah akses distribusi di sana, kami jadi punya data transaksional yang lengkap. Penjual A di mana alamatnya, apa patokan warungnya mengingat di desa tidak ada blok atau alamat spesifik, siapa tetangganya, apa saja kebutuhan transaksinya, dan lain sebagainya–level of detail-nya sangat tinggi. Sedangkan dari sisi Investree, mereka punya data-data ekonomi, pasar, dan perilaku pelanggan yang komprehensif. Dengan mengawinkan dua hal tersebut, Dagangan dan Investree dapat terus mengeksplorasi kerja sama, kira-kira apa lagi yang bisa kita hadirkan sebagai solusi bagi pelaku UMKM di pedesaan.”
Co-Founder & CEO Investree, Adrian Gunadi, juga berujar, “Yang ingin Investree dan Dagangan wujudkan sejak awal adalah transformasi digital, bagaimana target khalayak kami terutama pelaku Usaha Kecil dan Menengah dapat mempunyai bisnis yang berdaya dan kuat bahkan di tengah terpaan krisis akibat pandemi. Makanya ketika Tim Dagangan pertama kali melakukan penjajakan kepada Investree, kami langsung menangkap sinyal kecocokan visi dan misi di mana pada 2021 ini kami juga berfokus merealisasikan strategi bisnis peningkatan angka kontribusi ritel. Pasarnya sangat besar dengan karateristik usaha yang ‘Indonesia’ banget. Kerja sama ini jelas tidak boleh dilewatkan karena melalui transformasi digital dan dukungan pembiayaan yang dihadirkan bersamaan oleh Investree dan Dagangan, kami yakin dapat mendorong UMKM di pedesaan naik kelas. Masyarakat dari seluruh pelosok negeri pun dapat ramai-ramai berdaya secara ekonomi.”
Senada dengan Adrian, saat ditanya hal apa yang paling disyukuri dari bermitra dengan Investree, Wilson menjawab, “Sama-sama punya goal yang sama!” Ia menuturkan, dari 2020 hingga sekarang kolaborasi Dagangan dan Investree berjalan, Wilson senang karena Tim Investree sangat suportif dan selalu punya waktu untuk berdiskusi menggali peluang kerja sama yang dapat dilakukan oleh kedua belah pihak. “Jadi nggak merasa berjalan atau terlalu semangat sendiri karena everybody is working on that together. Kita ingin ajak masyarakat Indonesia yang katanya pengguna internetnya begitu banyak untuk mengutilisasi dan memaksimalkan peran internet dalam rangka memajukan usaha mereka. Termasuk para pelaku UMKM di daerah yang sekarang juga sudah melek teknologi dan semakin hari semakin akrab dengan dunia digital. Waktunya adalah sekarang, UMKM di daerah harus tumbuh serentak,” tambah Wilson.
Ke depannya, baik Investree maupun Dagangan berharap dapat menghadirkan inovasi baru dalam kerja sama ini. Adrian dan Wilson sadar bahwa sebetulnya banyak yang bisa digali. Apalagi kolaborasi Investree dan Dagangan baru berjalan setahun, masih banyak waktu yang akan datang sehingga tentunya penting untuk mencari tahu dan memanfaatkan setiap peluang yang ada sehingga kerja sama ini bisa bertahan lama. Yang jelas dalam waktu dekat, akan dibuat program kolektif untuk membantu meningkatkan kesejahteraan para pedagang pedesaan. Juga akan disusun program yang sifatnya holistik dari sisi operasional dan pemasaran untuk mengidentifikasi pelaku UMKM sebagai pengguna sekaligus menambah keterlibatan mereka dalam aktivitas dagang dan pembiayaan oleh Investree. Keren sekali, way to go, Investree and Dagangan! Kalau seperti ini, kita, sih, sama-sama yakin pedagang di desa pasti bisa naik kelas dan punya usaha dengan capaian hasil yang luar biasa. Dari lokal menjadi besar…and beyond.