5 Alasan Kemudahan Akses Pembiayaan Jadi Kunci Pertumbuhan Ekonomi

Akses pembiayaan bisa jadi kunci ekonomi kita bertumbuh – masa, sih? Pada tahu, tidak, kalau UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) memberi kontribusi terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) Indonesia sebesar 61,07% atau senilai Rp8.573,89 triliun? Menurut data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KemenkopUKM) pada Maret 2021, jumlah UMKM di Indonesia mencapai 64,2 juta. Namun sayang, penyaluran modal perbankan melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) baru disalurkan ke 29,5 juta debitur. 

Padahal, KUR yang menyediakan akses permodalan berbunga rendah, dinilai sangat membantu pertumbuhan UMKM. Hanya saja belum bisa diakses dengan mudah oleh semua UMKM di Indonesia. Persyaratan yang rumit, ditambah kewajiban menyediakan agunan, ditengarai menjadi masalah utamanya. Padahal kemudahan akses modal/pembiayaan pada suatu bisnis, mampu mendorong pertumbuhan ekonomi, lho! Apalagi di tengah situasi pandemi seperti sekarang. Tapi, kenapa? Apa alasan yang mendasarinya? Berikut Investree beri ulasannya. Simak, yuk!

Penyerapan tenaga kerja jadi kian bertambah

Kemudahan akses pembiayaan mampu memberi dampak yang cukup signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja, baik di sektor formal maupun informal. Menyumbang penyerapan tenaga kerja sebesar 215.433 orang, yang termasuk juga di sektor primer seperti pertanian, mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 9.000 orang. Menurut ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Nailul Huda dilansir dari Alinea.id, di sisi dunia usaha – kompensasi tenaga kerja di sektor perdagangan berupa gaji dan upah mampu meningkat sebesar Rp4,56 triliun berkat kemudahan akses pembiayaan. Kenaikan pendapatan tertinggi diperoleh tenaga kerja golongan tata usaha, penjualan, dan jasa, baik di desa dan di kota sebesar lebih dari 2%.

Menyadarkan masyarakat pentingnya literasi keuangan

Menurut kajian Indef, penetrasi layanan keuangan di Indonesia masih rendah, khususnya di bidang kredit atau pembiayaan. Data World Bank 2015 menunjukkan bahwa rasio penyaluran kredit terhadap PDB masih berada di angka 39,1%. Ini membuat penyaluran layanan kredit bagi UMKM masih sangat rendah, yaitu di kisaran angka 20% – 22%. Selain itu, baru ada setengah penduduk dewasa di Indonesia yang memiliki rekening bank. Ini menunjukkan rendahnya literasi keuangan masyarakat, apalagi informasi terkait pelayanan kredit.

Namun sekarang, kehadiran fintech (financial technology) yang memberi opsi lain bagi masyarakat untuk mengakses layanan kredit/pembiayaan, mampu memberi informasi seputar literasi keuangan dan meningkatkan jumlah kepemilikan rekening bagi penduduk pemegang KTP. Literasi keuangan diperlukan untuk meminimalisir risiko pembiayaan seperti gagal bayar, oleh borrower. Sehingga layanan kredit dapat berjalan dengan aman, meski minim agunan.     

Bantu mengembangkan usaha lokal dalam negeri

Akses pembiayaan menjadi sesuatu yang sangat dibutuhkan UMKM untuk membangun usahanya. Kemudahan akses modal tersebut akan mendorong pelaku usaha berinovasi untuk dapat menciptakan peluang bisnis yang baru, sekaligus dapat meningkatkan pendapatan mereka. Bagi Anda pemilik bisnis, apakah merasa bahwa bisnis Anda dapat berkembang berkat akses modal yang lancar? Jika jawabannya benar, itu artinya memang betul jika akses pembiayaan dapat memberi pengaruh positif terhadap kinerja bisnis. Bahkan bisa dibilang, akses modal merupakan komponen paling penting bagi suatu usaha karena dapat membantu memajukan bisnis, seperti untuk menambah produk baru ataupun untuk memperluas area penjualan (market)

Mampu meningkatkan nilai konsumsi rumah tangga

Dengan bertambahnya pendapatan bagi para pemilik UMKM, kemudahan akses pembiayaan berdampak terhadap menurunnya tingkat kemiskinan sebanyak 177 ribu orang di Indonesia. Ini menunjukkan dengan adanya kelancaran pembiayaan yang diterima para pemilik usaha berpengaruh pada meningkatnya daya beli konsumen. Konsumsi rumah tangga meningkat hingga Rp8,94 triliun, yang artinya berpengaruh positif pada perekonomian Indonesia secara makro. 

Ditambah hadirnya situs belanja online (e-commerce) dapat makin memudahkan transaksi jual-beli produk UMKM. Sehingga memberi pengaruh yang signifikan bagi kinerja UMKM itu sendiri, karena e-commerce bantu meningkatkan daya beli konsumen. Apalagi ada layanan pembiayaan yang juga bisa diakses dengan mudah oleh para pelaku UMKM di dalam situs e-commerce tersebut. Dengan begitu, para pelaku tidak lagi perlu khawatir bila tingkat order-an bertambah karena ada akses modal yang bisa segera diperolehnya.   

Berkontribusi pada pertumbuhan PDB

Kemudahan akses pembiayaan juga ditopang oleh perusahaan fintech yang hadir di Indonesia. Adanya kebutuhan masyarakat untuk mencari modal usaha, maupun untuk konsumsi, membuat nilai pinjaman fintech per Juni 2019 tercatat naik 97,6% (sebesar Rp44,8 triliun) dalam kurun waktu 1 tahun terakhir. Perkembangan fintech di Indonesia juga mampu meningkatkan nilai Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar Rp25,97 triliun. Selain itu, banyaknya UMKM yang mengandalkan fintech untuk memperoleh modal skala kecil karena prosesnya yang mudah dan cepat, membuat makin banyak UMKM skala rumahan bermunculan. Baik modalnya digunakan untuk membuat usaha sampingan, atau sebagai tambahan biaya produksi untuk membeli bahan baku. Ini membuat jumlah UMKM di Indonesia kian bertambah dan menyumbang kontribusi lebih besar terhadap PDB.

Seperti Investree, perusahaan fintech yang mendukung kemudahan akses pembiayaan dan berkomitmen memberi solusi bisnis digital bagi pelaku UKM. Hingga Oktober 2021, Investree telah berhasil mencatat total fasilitas pinjaman sebesar Rp13 triliun dan nilai pinjaman yang tersalurkan sebanyak Rp8,5 triliun dengan rata-rata tingkat keberhasilan pengembalian pinjaman dalam jangka waktu sampai 90 hari dari jatuh tempo (TKB90) sebesar 99,43%. Untuk meningkatkan penilaian kredit, Investree bekerja sama dengan AIForesee sebagai layanan penilaian kredit alternatif untuk hasil yang kaya dan berimbang dari calon borrower.

Selain itu, Investree telah mengembangkan ekosistem closed loop yang berfokus pada model pembiayaan rantai pasok. Serta, bekerja sama dengan perusahaan e-commerce dan payment gateway agar dapat melayani UKM yang mereka miliki dan mengolah data mereka sebagai bahan penilaian kredit (kerja sama dengan AIForesee).  Ditambah, Investree juga menyediakan layanan pembiayaan syariah dan menjadi fintech lending syariah pertama yang mendapat izin dari OJK (Otoritas Jasa Keuangan) dan memperoleh Surat Rekomendasi Penunjukan Tim Ahli Syariah dari Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI). Investree berharap mampu memberikan akses pembiayaan yang lebih mudah dan terjangkau agar tercipta ekosistem keuangan digital yang mampu memberi dampak pada pertumbuhan ekonomi nasional.

Referensi:

Sukirno. 28 Agustus 2018. Dampak Fintech Terhadap Ekonomi Indonesia Capai Rp25,97 triliun. Alinea.id: https://bit.ly/3oe9zO7

Studi INDEF dan Asosiasi Fintech Indonesia, 2019. Indef.or.id: https://bit.ly/31nSQiJ

Kemenkeu. 27 September 2021. Pemerintah Terus Perkuat UMKM Melalui Berbagai Bentuk Bantuan. Kemenkeu.go.id: https://bit.ly/3GaFXrf

Kadek Agus Suardana, Lucy Sri Musmini. 2020. PENGARUH LITERASI KEUANGAN, AKSES PERMODALAN DAN MINAT MENGGUNAKAN E-COMMERCE TERHADAP KINERJA UMKM DI KECAMATAN BULELENG. Universitas Pendidikan Ganesha: https://bit.ly/31czywV