Fintech Lending Bukan Tempat Menyimpan Uang, Ini Dia Tips Sukses Melakukan Pendanaan di Fintech Lending

Fintech Lending Bukan Tempat Menyimpan Uang, Ini Dia tips Sukses Beri Pendanaan di Fintech Lending

Ini, nih, yang suka bikin salah paham. Masyarakat beranggapan bahwa fintech lending adalah sebuah produk di mana kamu dapat menyimpan uang di dalamnya. Jelas bukan. Bisa dibilang, fintech lending hanyalah fasilitator (platform) yang berfungsi untuk meningkatkan aset milik masyarakat. Bahkan, peraturan OJK Pasal 43 Nomor 77/POJK.01/2016 menyebut tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi (LPMUBTI) yang secara tegas melarang penyelenggara fintech berlaku sebagai pihak yang ikut memberikan pinjaman.

Pemberi pinjaman (Lender) seluruhnya adalah masyarakat yang disalurkan melalui aktivitas pendanaan pada marketplace milik fintech lending. Pendanaan tersebut akan disalurkan langsung kepada Borrower untuk digunakan sebagai modal usaha. Ketika usaha yang dimodali tadi berhasil, Borrower akan mengembalikan dana pinjaman pokok beserta imbal hasilnya. 

Itu kalau berhasil, kalau nggak gimana? Makanya pendanaan yang disalurkan melalui fintech lending bersifat high risk, high return. Konsep ini harus benar-benar kamu pahami dulu agar pendanaan di fintech lending jadi maksimal.

Kunci sukses pendanaan di fintech lending

Ketika kamu menyalurkan pendanaan mellaui fintech lending, kamu diminta untuk melakukan registrasi akun lebih dulu. Setelah itu, kamu bisa melakukan top up yang akan masuk ke Cash-in-Hand yang ada di akunmu dan digunakan untuk pendanaan. Nanti setelah proyek pendanaan selesai, pinjaman pokok beserta imbal hasilnya juga akan masuk ke Cash-in-Handtersebut. Baru uangnya bisa kamu tarik atau bila dalam 2 x 24 jam dananya belum kamu tarik, secara sistem akan ditransfer langsung ke rekeningmu yang terdaftar. Sehingga tidak ada dana yang mengendap atau tersimpan di fintech lending. Sst… Ini sesuai dengan ketentuan yang diatur langsung oleh Otoritas Jasa Keuangan.

Berikut Investree punya beberapa tips sukses melakukan pendanaan di fintech lending. Simak, yuk!

Gunakan uang dingin

Apa, sih, yang dimaksud uang dingin? Gampangnya, uang dingin diartikan sebagai dana yang tidak digunakan dalam waktu dekat, sehingga dapat dipakai untuk pendanaan/investasi tanpa rasa khawatir seandainya terjadi hal darurat sekalipun. Kenapa disarankan menggunakan uang dingin? Ya, ini sebagai langkah antisipasi jika usaha yang kamu danai di fintech lending mengalami kondisi yang tidak stabil. Bisa dibilang, menggunakan uang dingin dapat meminimalisir risiko pendanaan, dan memaksimalkan cuan.

Ketika terjadi keterlambatan pengembalian, kamu nggak perlu khawatir karena kebutuhan pokok lain sudah terpenuhi oleh dana di luar uang dingin. Uang dingin bisa diperoleh dari passive income. Jadi, ketika kamu memperoleh profit dari satu pendanaan, profit tersebut bisa kembali kamu salurkan lagi lewat pendanaan berikutnya. Sehingga cuan yang didapat dari pendanaan di fintech lending dapat lebih maksimal. 

Uang dingin juga dapat diperoleh dari sisa pendapatan (setelah semua kebutuhan bulanan dan tabungan dana darurat terpenuhi). Ketimbang habis terpakai untuk sesuatu yang tidak dibutuhkan, lebih baik alokasikan ke pendanaan usaha dalam negeri.      

Pahami dulu konsep high riskhigh return

Bisa dibilang, pendanaan di fintech lending termasuk high risk, high return. Ketika kamu menginginkan imbal hasil yang tinggi, kamu juga harus siap menghadapi risiko yang tinggi. Sebut saja, fintech lending menawarkan bunga paling rendah sekitar 14% per tahun. Ketika kamu melakukan pendanaan sebesar Rp10 juta, kamu berpotensi memperoleh Rp117.000 per bulan atau Rp1,4 juta per tahun. Belum lagi bila proyeksi profitnya, masih bisa mencapai 20% per tahun.

Instrumen investasi yang bisa memberi imbal hasil tinggi seperti saham, juga punya risiko yang tinggi, kan? Ya, dimana-mana imbal hasil dan risiko berada di posisi sejajar. Kamu nggak bisa, menerima imbal hasilnya saja, dan tutup mata dengan risikonya. Jadi, ketika kamu melakukan pendanaan di fintech lending, pahami betul risikonya, bahkan bila itu hanya berupa prediksi terburuk.  

Pilih proyek pendanaan yang sesuai profil risiko

Pendanaan di fintech lending cocok banget buat kamu yang punya profil risiko agresif. Di mana mereka sudah siap dengan potensi kerugian sebagai dampak dari tingginya risiko pendanaan. Biasanya di fintech lending, proyek pendanaan dibagi lagi sesuai grade-nya. Seperti, grade A+ adalah proyek pendanaan minim risiko versi fintech lending. Kenapa dibilang versi fintech lending

Seperti yang telah disebutkan di atas, pendanaan di fintech lending sendiri bersifat high risk, high return. Dalam klasifikasi high risk, high return tersebut, fintech lending membagi lagi ke dalam beberapa grade tingkat risiko untuk memudahkan Lender menentukan pilihan proyek pendanaan. 

Ketika kamu punya profil risiko agresif dan siap dengan segala risiko yang mungkin timbul (termasuk kemungkinan gagal bayar), boleh saja memilih pendanaan di fintech lending. Tapi, jika profil risikomu konservatif, lebih baik pilih produk investasi seperti deposito, SBN, atau reksa dana yang terjamin lebih aman, meski imbal hasilnya kecil.                

Sesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan keuangan

Selain menyesuaikan dengan profil risiko, kamu harus pahami dulu kebutuhan/tujuan keuangan dari melakukan pendanaan melalui fintech lending. Ketika kamu ingin menyimpan dana darurat, jelas pendanaan melalui fintech lending bukan pilihan yang tepat. Lebih bijak bila kamu menyimpan dana darurat di deposito jatuh tempo jangka pendek. Sehingga bila ada kondisi darurat, di mana kamu tiba-tiba membutuhkan uang tunai, dana simpanan kamu lebih mudah dicairkan. 

Meski di fintech lending juga tergolong pendanaan jangka pendek (1-3 bulan), kamu juga harus mengantisipasi risiko keterlambatan bahkan gagal bayar yang bisa saja terjadi. Jika kamu tidak mengantisipasi risiko ini, takutnya kondisi keuanganmu malah semakin sulit. Meski pendanaan di fintech lending sudah menggunakan uang dingin, namun bila ditujukan untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek, sebaiknya kamu sesuaikan kembali. 

Disarankan kamu menggunakan profit pendanaan yang sudah berhasil/selesai untuk menambah nilai pendanaan selanjutnya. Sehingga kamu berpotensi memperoleh compound interest dari pendanaan di fintech lending. Jika pun terjadi risiko kegagalan, setidaknya dana awal yang kamu keluarkan pertama kali, masih aman.         

Lakukan diversifikasi

Ini adalah langkah paling penting sehingga wajib kamu praktikkan. Diversifikasi adalah membagi dana investasi kamu ke beberapa instrumen, dengan tingkat risiko dan imbal hasil yang variatif. Sehingga, ketika kamu menyalurkan pendanaan di fintech lending, jangan taruh 100% uang kamu di fintech lending. Lebih bijak bila kamu membaginya juga ke instrumen investasi lain, seperti reksa dana, SBN, dan emas (misalnya). Portofolio investasi yang kamu miliki juga jadi lebih seimbang. 

Ketika satu pendanaan mengalami kerugian, profit dari instrumen investasi masih bisa menutupi kerugian tersebut. Coba bayangin kalau kamu tidak melakukan diversifikasi, dan hanya menyalurkan pendanaan di fintech lending saat terjadi gagal bayar, kamu justru berisiko mengalami kerugian. Nah, jika tak ingin hal ini terjadi padamu, pastikan kamu melakukan diversifikasi, ya! 

Pahami pilihanmu dengan bijak

Seperti yang sudah disebutkan di atas, jika kamu ingin menyimpan uang (misal untuk dana darurat), lebih baik simpan di deposito jangka pendek. Kalau kebutuhannya menyimpan uang untuk ditabung, mending langsung ke tabungan berjangka yang punya sistem auto-debet. Tapi kalau kamu ingin menumbuhkan aset dan siap dengan segala risikonya termasuk risiko gagal bayar, kamu bisa pilih proyek pendanaan di fintech lending.

Selain lima tips sukses pendanaan di fintech lending tadi, pastikan kamu juga memilih perusahaan yang punya tingkat keberhasilan tinggi dalam menyelesaikan kewajiban pinjam-meminjam berjangka waktu 90 hari sejak jatuh tempo, atau biasanya disebut Tingkat Keberhasilan Bayar (TKB90). Per Februari 2023, Investree memiliki tingkat TKB90 sebesar 97,14% yang menunjukkan tingkat keberhasilan bayar cukup tinggi.

Investree berkomitmen mendukung pertumbuhan usaha dalam negeri dan melibatkan masyarakat Indonesia untuk ikut berkontribusi bersama. Partisipasimu sangat berarti untuk kemajuan negeri. Yuk, danai melalui Investree untuk #GrowToge7her bersama pelaku UMKM, di sini!  

Referensi: 

Siaran Pers. 1 Oktober 2022. Perkembangan UMKM sebagai Critical Engine Perekonomian Nasional Terus Mendapatkan Dukungan Pemerintah. Ekon.go.id: http://bit.ly/3Hxb2bV