Setelah pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami defisit selama tiga kuartal berturut-turut, akhirnya resesi pun masih terus membayangi. Pada kuartal IV tahun 2020, data BPS menyebutkan produk domestik bruto (PDB) RI mencapai minus 2,19%. Meski kuartal sebelumnya masih lebih parah karena mencapai minus 3,49%. Kondisi resesi seperti ini membawa dampak yang luas, termasuk dari segi investasi. Dimana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang ikut melemah bahkan tercatat turun hingga 0,44% pada 9 Februari 2021. Namun, pakar investasi global, Warren Buffett menilai kondisi ekonomi yang sedang sulit seperti ini dapat menjadi peluang terbaik untuk Anda melakukan investasi. Kenapa? Pasalnya, harga sejumlah portofolio investasi ketika resesi cenderung lebih murah. Nah, berikut ini ada beberapa nasihat Warren Buffett yang telah Investree rangkum seputar investasi di masa sulit agar Anda tetap memperoleh keuntungan maksimal. Simak di bawah ini!
Jauhkan rasa takut dan yakinkan diri Anda
Banyak investor merasa cemas kalau anjloknya harga di pasar saham saat ini masih akan terus berlanjut sehingga investor berbondong-bondong menjual sahamnya. Namun, ketakutan itu yang bisa menghalangi Anda untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar nantinya. Warren Buffett menjelaskan bahwa ketika banyak orang mulai merasa takut ini adalah kesempatan yang baik untuk membeli saham dengan harga rendah, yang nantinya bisa Anda jual dengan harga yang lebih tinggi. Tapi memang perlu sabar, jangan terpengaruh oleh emosi sesaat, cobalah untuk menggunakan logical thinking Anda.
Waktu terbaik adalah saat harga turun
Dalam investasi saham, “kabar buruk adalah sahabat terbaik investor”. Kesempatan yang baik untuk membeli saat harga saham sedang turun. Ini bisa diibaratkan Anda seperti membeli masa depan, yang baru dirasakan manfaatnya dalam beberapa tahun mendatang, bukan saat ini. Kondisi resesi saat ini justru bisa menjadi peluang berharga untuk membangun investasi saham jangka panjang di perusahaan yang establish. Namun, jika investasi saham belum menjadi pilihan Anda saat ini, Anda bisa memilih instrumen investasi yang didedikasikan untuk membantu negara karena dijamin oleh pemerintah sehingga lebih aman. Seperti produk SBN ritel berupa sukuk ritel seri SR014 yang mulai diperdagangkan pada 26 Februari – 17 Maret 2021 yang bisa dijadikan pilihan untuk portofolio investasi Anda.
Cari tahu cara melakukannya dengan benar
Situasi seperti sekarang ini menuntut Anda untuk bisa lebih cermat saat melakukan investasi. Yang terpenting adalah Anda wajib melakukan diversifikasi. Jelas ini dilakukan untuk meminimalisir risiko investasi. Jangan meletakkan seluruh dana investasi Anda hanya ke satu instrumen investasi saja. Anda harus mempertimbangkan untuk membaginya ke beberapa jenis investasi dengan nilai imbal hasil (profit) yang beragam.
Selain itu, Anda juga harus mengetahui profil risiko diri sendiri dan menyesuaikannya. Bila Anda termasuk yang konservatif dan cenderung bermain main, lebih baik memilih instrumen investasi berupa emas batangan atau reksa dana pasar uang dan SBN (obligasi negara) yang bisa dilakukan dengan mudah secara online. Apalagi imbal hasil yang bisa Anda peroleh dari produk tersebut masih di atas rata-rata bunga deposito. Namun, bila Anda termasuk tipe investor yang agresif dan punya tujuan jangka panjang di atas 10 tahun, Anda bisa memilih instrumen saham. Tapi Anda benar-benar sudah harus paham tentang seluk-beluk investasi yang dipilih. Misal dalam investasi saham, Anda harus tahu cara memilih perusahaan yang solid dan punya track record yang mumpuni. Jangan sampai baru mengetahuinya belakangan karena bisa celaka.
Lunasi kartu kredit sebelum berinvestasi
Kenapa ini menjadi penting untuk dilakukan lebih dulu? Warren Buffett mengatakan bahwa dengan melunasi utang kartu kredit berarti Anda sudah melakukan penghematan bunga lebih besar dari yang bisa Anda peroleh dalam bentuk investasi apapun. Kenapa? Membawa saldo kartu kredit tanpa selalu melunasinya hanya akan menimbulkan biaya yang lebih tinggi. Itu artinya, dengan tidak memiliki utang kartu kredit, Anda bisa menjadi lebih leluasa dengan uang yang dimiliki. Entah itu nantinya uang tersebut akan dialihkan ke investasi atau tabungan dana darurat. Setelah utang kartu kredit lunas, investasi dengan tujuan jangka panjang lebih bijak untuk dipilih saat ini. Manfaatkan hasil yang lebih baik dari waktu ke waktu (paling tidak di atas 5 tahun) dari adanya compound interest, ketimbang hanya mengandalkan hasil jangka pendek.
Pilih perusahaan bagus yang menjual saham murah
“Jauh lebih baik membeli saham perusahaan yang bagus dengan harga yang pantas ketimbang perusahaan yang adil dengan harga bagus.” Kutipan yang diungkapkan Warren Buffett ini bisa menjadi acuan penyeleksian dalam membuat daftar pilihan saham yang akan Anda wujudkan selama resesi. Anda sebagai investor harus memprioritaskan saham dari perusahaan yang didukung oleh bisnis yang kuat dengan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Gunakan indikator perusahaan yang bisnisnya selalu dibutuhkan dan berpotensi dalam jangka panjang, bukan hanya terpengaruh oleh tren. Jangan ragu meluangkan waktu Anda untuk mencari pilihan tepat demi menciptakan strategi investasi yang solid dengan menggali informasi dan melakukan riset. Serta, fokuskan pencarian Anda hanya ke penawaran terbaik yang diberikan oleh perusahaan hebat.
Itu tadi kelima saran yang diberikan Warren Buffett kepada para investor yang ingin berinvestasi di masa resesi, khususnya untuk produk investasi saham. Balik lagi, instrumen investasi yang akan dipilih harus disesuaikan dengan kebutuhan, jangka waktu, dan profil risiko masing-masing dari Anda. Meski semuanya mengandung risiko, namun penyesuaian tersebut wajib dilakukan untuk memitigasi risiko investasi. Jangan sampai menyesal di akhir gara-gara salah memilih produk investasi.
Referensi:
Christy Bieber. 28 Juni 2020. Worried About Investing in a Recession? Take This Advice From Warren Buffett. The Motley Fool: http://bit.ly/2NI1X6B
Robin Hartill. 22 Oktober 2020. Warren Buffett’s 5 Best Investing Tips for People Who Don’t Follow the Stock Market. The Motley Fool: http://bit.ly/2NkBqwv