Inovasi Keuangan di ASEAN: Peran Teknologi dalam Meningkatkan Layanan Keuangan

Peran Fintech dalam Meningkatkan Akses UMKM terhadap Permodalan

Inovasi keuangan khususnya yang berbasis digital, muncul akibat adanya perkembangan teknologi untuk mempermudah dan memperluas akses layanan keuangan. Teknologi mampu mentransformasi banyak layanan keuangan yang semula harus datang ke bank, menjadi digital yang bisa diakses secara online.

Adanya akses yang lebih mudah, diharap mampu meningkatkan aktivitas perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Berikut ulasan lengkap seputar inovasi keuangan, produk layanan keuangan berbasis teknologi, serta dampaknya secara global. Simak, yuk!   

Inovasi keuangan berbasis digital

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengartikan inovasi keuangan digital adalah sebagai aktivitas terkait pembaruan proses bisnis, model bisnis, dan instrumen keuangan yang memberi nilai tambah baru di sektor jasa keuangan yang melibatkan ekosistem digital. 

Tujuannya apa? Ya, agar aktivitas pembayaran, transfer dana, simpan pinjam, jadi lebih mudah dilakukan oleh masyarakat. Terlebih bagi masyarakat yang masih tergolong unbanked

Dilansir dari Finantier, data secara global menyebut layanan keuangan terkait pembayaran dan transfer masih menyisakan gap sekitar Rp2.050 triliun, antara kebutuhan dengan realisasinya. Sedangkan, untuk layanan kredit (pinjaman), juga masih ada gap sekitar Rp811 triliun. Kemenkop UKM (2020) juga menambahkan, penyaluran kredit untuk pengusaha kecil-mikro masih berada di kisaran 20%.     

Nah, inovasi keuangan digital mengambil peran penting sebagai solusi dari kesenjangan yang terjadi pada layanan keuangan. Mulai dari pemanfaatan teknologi, edukasi finansial, sampai manajemen risiko, mampu meningkatkan aktivitas keuangan masyarakat dan pengelolaan finansial yang lebih bijak.    

Peran teknologi dalam layanan keuangan

Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate (dikutip dari kominfo.go.id) menyebut bahwa nilai transaksi layanan keuangan berbasis teknologi secara tahunan tumbuh rata-rata 39%. Yang diproyeksikan nilai transaksinya akan mencapai USD28 triliun pada 2027. 

Peran teknologi memang sangat signifikan dalam mendorong digitalisasi masyarakat untuk mengakses layanan keuangan di Indonesia. Setidaknya ada lima layanan keuangan berbasis teknologi (tekfin) yang menguasai 73% dari total pasar tekfin di Indonesia pada periode 2022. Kelima layanan (produk) tersebut yaitu:

Digital banking 

Digital banking adalah layanan keuangan yang bisa diakses secara online menggunakan gadget nasabah. Dengan adanya digital banking, masyarakat tidak perlu lagi datang ke bank untuk membuka rekening, deposito, atau tabungan berjangka. Serta, aktivitas umum perbankan lain seperti mengakses informasi rekening dan melakukan transaksi keuangan, bisa dilakukan secara online.  

Digital payment 

Saat ini sudah banyak produk pembayaran digital seperti e-wallet, e-money, payment gateway, dan QRIS, yang dapat memudahkan masyarakat melakukan transaksi keuangan secara online. Tidak hanya menguntungkan masyarakat sebagai konsumen, namun juga bagi pelaku bisnis. 

Kenapa? Tanpa harus membawa uang tunai kemana-mana, konsumen tetap dapat melakukan pembelian. Bahkan, kemudahan pembayaran mulai dari transfer bank, e-money, virtual account, dan QRIS, dapat membantu konsumen lebih mudah mendapatkan kebutuhan mereka, dan memperlancar aktivitas bisnis bagi pemiliknya.     

Fintech lending

Fintech lending adalah layanan yang mempertemukan antara pemberi dan penerima pinjaman tanpa harus bertemu secara langsung, melainkan melalui sistem yang disediakan oleh penyelenggara fintech lending. Produk fintech lending juga terbagi dua, yaitu pinjaman konsumtif dan produktif. 

Hadirnya fintech lending dapat membantu pemilik usaha, khususnya yang tidak tersentuh oleh perbankan untuk mendapat pinjaman modal dengan lebih mudah dan cepat. Sehingga perputaran bisnis tetap berjalan dengan baik. Dari segi pemberi pinjaman, fintech lending juga membantu mereka menempatkan dana nganggur dengan lebih bijak.

Aggregator

Aggregator adalah situs atau aplikasi yang membantu nasabah untuk mendapat informasi terkait produk dan layanan jasa keuangan, termasuk membandingkan produk Lembaga Jasa Keuangan (LJK) secara online.    

Dengan menggunakan aggregator, konsumen bisa mengetahui informasi tentang produk keuangan, seperti KPR (Kredit Pemilikan Rumah), kartu kredit, tabungan, asuransi, dan produk keuangan lainnya. Sehingga keputusan pemilihan produk keuangan dapat dilakukan dengan lebih bijak.

Digital investments

Masyarakat yang melek finansial diarahkan untuk berinvestasi sedini mungkin. Untuk memfasilitasi hal tersebut, harus sejalan dengan kemudahan akses ke berbagai instrumen investasi. Dimana saat ini, banyak produk investasi seperti saham, reksa dana, obligasi, emas batangan, bisa diakses secara online. Tentu disertai dengan edukasi finansial, agar pemilihan instrumen oleh masyarakat dapat dilakukan lebih tepat dengan manajemen risiko yang terstruktur.    

Dampak inovasi keuangan pada layanan keuangan di tingkat ASEAN

Menurut data FinTech in ASEAN 2021, sektor financial technology di ASEAN telah menunjukkan resistensi bisnis yang baik. Pergeseran minat konsumen ASEAN dari offline ke online, menyebabkan tingginya adopsi dan permintaan akan layanan keuangan digital. 

Lalu, apa dampak financial technology pada aktivitas layanan keuangan di skala ASEAN? Cari tahu, yuk!    

Menumbuhkan kebiasaan berinvestasi

Minat berinvestasi semakin tumbuh pada masa pandemi Covid-19 lalu, karena mobilisasi yang terbatas (terutama untuk berlibur dan mencari hiburan) membuat pengeluaran yang biasa dialokasikan untuk hal tersebut, mereka alihkan ke investasi. Terlebih investasi bisa dilakukan, sekaligus dipantau secara online.  

6 dari 10 orang mengaku bahwa mereka sudah pernah memanfaatkan layanan digital investments, baik melalui aplikasi atau situs web. Selain itu, investor juga sudah mulai sadar berinvestasi pada produk “investasi hijau” atau “green investment” yang ditujukan untuk proyek ramah lingkungan, termasuk upaya penanggulangan perubahan iklim dan pemanasan global.

Hasil survei FinTech in ASEAN 2021 menyebut, Thailand adalah negara yang memiliki investor dengan kesadaran tertinggi terhadap investasi hijau. Sebanyak 79% investor menyatakan setuju dengan produk investasi hija tersebut.     

Mengakomodasi preferensi sistem pembayaran konsumen

Pertumbuhan minat konsumen untuk berbelanja online, pengantaran makanan, dan ride-hailing memicu masyarakat untuk melakukan pembayaran secara cashless. Ini yang kemudian menyebabkan lonjakan transaksi pembayaran digital di ASEAN, khususnya penggunaan e-wallet.

Hasil survei FinTech in ASEAN 2021 menemukan bahwa 6 dari 10 responden menggunakan e-wallet dalam tiga bulan terakhir. Bahkan, 20% dari mereka menegaskan bahwa e-wallet adalah layanan keuangan yang paling sering mereka gunakan saat melakukan pembayaran.    

Selain itu, bank digital juga akan menemukan basis pelanggan setia di sebagian besar wilayah ASEAN. Rata-rata 57% responden menyebut bahwa mereka setuju dengan kehadiran bank digital dan tertarik untuk menggunakannya. Respon tertinggi ada di Vietnam, yaitu sebanyak 45% responden.    

Akses permodalan mudah, perekonomian negara naik

Sektor UMKM (Usaha Mikro, Kecil, Menengah) punya kontribusi besar dalam perekonomian Indonesia, dimana menyumbang 61,9% pada PDB (Produk Domestik Bruto) dan mampu menyerap 97% tenaga kerja Indonesia. Di atas Indonesia, masih ada Myanmar yang sektor UMKM-nya mampu menyumbang hingga 69,3% terhadap PDB negara tersebut. 

Inovasi keuangan berupa fintech lending, dapat membantu pelaku usaha memperoleh modal usaha dengan lebih mudah dan cepat. Sehingga operasional bisnis dapat terus berjalan dengan baik, sekaligus bantu UMKM untuk terus bertumbuh. Sebab bila UMKM maju, akan berdampak langsung pada meningkatnya perekonomian negara di ASEAN.

Apalagi Indonesia, peluang pemanfaatan inovasi keuangan masih akan terus bertumbuh mengingat masih banyaknya penduduk yang masuk kategori unbanked dan under-banked. Sehingga edukasi ke masyarakat seputar pemanfaatan teknologi dalam layanan keuangan harus terus dilakukan secara konsisten.  

Sejalan dengan itu, Investree sebagai perusahaan fintech lending juga turut berpartisipasi meningkatkan inklusi keuangan melalui layanan permodalan bagi para pelaku UMKM di Indonesia. Tidak hanya di Indonesia, Investree juga telah berekspansi ke Filipina dan Thailand sejak 2021, dan berupaya meningkatkan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi di masing-masing negara.

Investree juga telah menjalin kolaborasi dengan banyak rekanan strategis di ketiga negara tersebut, dengan tujuan #KolaborasiuntukTumbuh dan mendorong partisipasi Borrower UMKM lebih banyak lagi. Sehingga dapat ikut serta memperkuat perekonomian global melalui inklusi keuangan dan literasi digital.

 

Jika Anda salah satu yang ingin ikut juga bergabung ke dalam ekosistem Investree, yuk daftar di sini!