Kisah UKM: GOS Indoraya Upayakan Pemberdayaan SDM Agar Kualitas Lokal Setara Global

Pemberdayaan SDM menjadi kunci minimnya tingkat pengangguran di Indonesia.” – Sapto Budi Satrioyudho, Founder & CEO GOS Indoraya

Salah satu Borrower Investree, PT GOS Indoraya yang berdiri pada tahun 1994, merupakan perusahaan manpower outsourcing yang kemudian berkembang menjadi penyedia layanan business process outsourcing secara end-to-end. Mulai dari call center penjualan, logistik, operasional, sampai dengan manajemen fasilitas. Hingga kini, GOS Indoraya telah memiliki 12.000 ribu pegawai yang tergabung ke dalam ekosistem SDM mereka. GOS Indoraya telah bekerja sama dengan sekitar 40 perusahaan, di antaranya dari sektor perbankan, telekomunikasi, FMCG, industri finansial, hingga pertambangan

Kali ini Investree berkesempatan untuk ngobrol langsung dengan Pak Sapto Budi Satrioyudho, Founder & CEO GOS Indoraya. Kira-kira bagaimana cerita kesuksesan beliau yang membuat perusahaannya tetap beroperasi hingga puluhan tahun, akhirnya memilih Investree sebagai partner yang mendukung perkembangan bisnisnya? Yuk, simak di bawah ini! 

Masalah yang dihadapi SDM dalam negeri

Persoalan yang ada sekarang, banyak perusahaan menginginkan pegawai siap kerja dan memiliki banyak keahlian (one package). Mereka kesulitan untuk memberikan pelatihan karena keterbatasan waktu dan juga dana. Karena itu, industri outsourcing seperti GOS Indoraya menyediakan solusi untuk persoalan tersebut dengan menciptakan tenaga kerja yang berkualitas dan profesional. Terutama bagi kalangan entry level dan blue collar yang masih minim pengalaman dan keahlian. Tak hanya itu, GOS Indoraya juga menyediakan pelatihan khusus kewirausahaan bagi para anggotanya yang sudah berusia 40 tahun ke atas agar bisa mandiri dan memiliki usaha sendiri. Yang mana, bila usaha mereka berkembang, para anggota kategori entry level dapat ikut terserap ke sana. Sehingga tercipta satu ekosistem yang berkelanjutan. 

GOS Indoraya memiliki visi-misi meningkatkan pemberdayaan sumber daya manusia di Indonesia dengan menciptakan dampak jangka panjang. Memfasilitasi setiap tenaga kerjanya dengan pelatihan, pengembangan diri/pribadi, hingga kemampuan untuk mampu berdaya. Targetnya adalah meningkatkan jumlah tenaga kerja yang tergabung ke dalam ekosistemnya dari 12.000 menjadi 100.000 pada tahun 2025. Selain itu, melakukan ekspansi secara merata ke seluruh Indonesia dan memaksimalkan layanan business process outsourcing hingga 80%. Pak Sapto juga menciptakan sebuah komunitas yang diberi nama BEN Indonesia. Merupakan program pengembangan SDM yang terdiri dari rekrutmen, pelatihan, penilaian, pembuatan profil, pengembangan, hingga digitalisasi tenaga kerja mengikuti perkembang teknologi di era digital.

Teknologi mesin versus tenaga kerja

Seiring perkembangan teknologi yang kian masif, banyak tenaga kerja yang digantikan oleh mesin, nyatanya tidak mengurangi kebutuhan perusahaan akan SDM. Kenapa? Karena semua masih berjalan berdampingan. Teknologi yang canggih itu tetap membutuhkan tenaga manusia untuk mengembangkannya atau bahkan mengoperasikannya. Apalagi di negara kita yang masih mengutamakan human touch, memposisikan teknologi hanya sebagai alat pendukung. Ini yang kemudian menjadi peluang tersendiri, asalkan setiap tenaga kerja memiliki kemampuan untuk bisa memanfaatkan dan menyeimbangkan peran teknologi itu sendiri. 

Pak Sapto menambahkan, “Sebut saja untuk kebutuhan telesales, masih lebih efektif bila ada interaksi manusia ketimbang hanya dilakukan oleh mesin (misalkan chatbot), terutama untuk pasar Indonesia karena budaya kita, masih butuh waktu untuk beradaptasi.”

Peluang dan tantangan industri outsourcing

Kebutuhan akan tenaga kerja masih memiliki peluang potensial apalagi mereka yang multi-talent dan berjiwa profesional. Ditambah regulasi pemerintah yang masih mengutamakan pemberdayaan tenaga kerja dalam negeri untuk mengurangi tingkat pengangguran. Sehingga peningkatan kualitas SDM menjadi fokus utamanya saat ini.

Di awal perusahaan GOS Indoraya berdiri, penyedia layanan outsourcing seperti ini banyak dicari. Namun makin ke sini, dituntut adanya inovasi karena persaingan semakin ketat dan permintaan yang semakin beragam. Sehingga GOS Indoraya berusaha mengembangkan layanannya agar dapat memenuhi semua kebutuhan tersebut. Ya, pasti ada saja tantangannya sebab tidak semua bisa mereka fasilitasi, perlu waktu untuk belajar dan juga modal tambahan. 

“Pekerjaan yang sifatnya supporting business difasilitasi secara penuh oleh kami, mulai dari perangkatnya, infrastrukturnya, tenaga kerjanya, alatnya, dan sistemnya, hingga operasionalnya. Sehingga untuk bisa melayani semua kebutuhan tersebut butuh adanya modal kerja yang lebih besar,” ungkap Pak Sapto.

Peran Investree bagi industri outsourcing di Indonesia

Akhirnya pun, pada tahun 2018, GOS Indoraya bergabung menjadi Borrower Investree untuk memperoleh alternatif pembiayaan yang sangat membantu karena persyaratan yang lebih sederhana dan prosesnya lebih cepat. Pak Sapto juga menambahkan, karena prosesnya dijalankan secara digital sehingga lebih transparan. Dengan memanfaatkan produk seperti Invoice Financing di Investree, nilai pinjamannya terus berkembang hingga kini. 

Beliau juga mengungkapkan adanya peluang untuk meningkatkan hubungan kerja sama dengan Investree bila mampu mengikuti perkembangan industri outsourcing yang kian pesat. Dibutuhkan adanya pembiayaan yang sifatnya customized, disesuaikan dengan kebutuhan yang ada dan pengembangan produk yang disesuaikan dengan kebutuhan Borrower secara spesifik agar bisa ikut mendukung percepatan ekspansi industri ini dan penyediaan layanan training yang kian beragam. 

“Yang penting adalah packaging, jika kami sebagai penyedia layanan outsourcing dapat menyediakan sesuai permintaan dan kebutuhan perusahaan di era terkini, maka layanan kami bisa menjadi solusi nomor satu dan makin dicari,” tutup beliau.