“Dos & Don’ts” Sebuah Bisnis di Era Revolusi Industri 4.0

Konsep revolusi industri 4.0 pertama kali diperkenalkan ke publik pada tahun 2011. Revolusi industri 4.0 mengedepankan pemanfaatan IoT (Internet of Things), Big Data, dan juga Cloud Computing.

IoT mengutamakan pemanfaatan teknologi internet yang bisa membuat semua komputer tersambung ke sebuah jaringan bersama. Sehingga setiap perubahan yang terjadi dapat diketahui secara real time dari mana saja. Sedangkan kumpulan 1001 informasi yang bisa didapat dari 1001 data yang berbeda membuat jumlah data yang berhasil dihimpun bisa sangat beragam. Aspek ini yang kemudian disebut sebagai Big Data. Terakhir, sistem Cloud Computing yang menghubungkan beragamnya data menggunakan jaringan internet agar bisa terkoneksi satu sama lain. Hanya membutuhkan satu server yang kemudian data dan informasi apapun terkait bisnis bisa diakses dari mana saja dan kapan saja. Sebenarnya tidak hanya berhenti sampai di sini saja. Ada lagi Machine Learning dan Artificial Intelligence yang juga menjadi bagian dari revolusi industri 4.0. Namun, hingga saat ini keduanya masih terus dikembangkan.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh PricewaterhouseCoopers (PwC), revolusi industri 4.0 mampu meningkatkan efisiensi rata-rata 3,3% per tahun. Sehingga dalam lima tahun ke depan, nilai efisiensi dapat meningkat menjadi 18%. Perusahaan juga akan mengalami penghematan sebesar 2,6% per tahun karena adanya pengurangan biaya operasional. Jelas bahwa revolusi industri 4.0 mampu meningkatkan produktivitas dan keuntungan sebuah bisnis. Bisa menjadi peluang emas bagi Anda yang mau beradaptasi dengan mempelajari skill dan mentalitas baru dengan cepat. Karena itu, Investree ingin berbagi informasi seputar apa saja yang harus dilakukan (dos) dan tidak boleh dilakukan (don’ts) oleh sebuah bisnis di era revolusi industri 4.0. Simak ulasan berikut, yuk!

Dos

Mengubah budaya perusahaan

Anda sebagai pemilik bisnis harus bisa memastikan bahwa konsep digitalisasi sudah berhasil diserap dan dimengerti oleh seluruh pekerja. Pekerja harus mampu beradaptasi dengan budaya perusahaan yang baru. Siap menjadi lebih kreatif dan mau belajar bidang baru. Anda pun sebagai pemilik bisnis harus bisa meyakinkan mereka. Harus mampu beradaptasi dan mengambil keputusan dengan cepat. Terlebih, mampu memilih sosok-sosok yang tepat dan bisa membangun talenta dengan cepat. Siap menerima masukan dan kritik dari siapa saja, termasuk dari para pekerja Anda. Berusahalah keluar dari zona nyaman dan terbuka (open minded).

Mengubah model bisnis

Era revolusi industri 4.0 menitikberatkan kolaborasi atau kerja sama. Berusaha mengubah pola pikir dari budaya eksklusif menjadi kolaboratif. Tujuannya adalah untuk mengantisipasi dan menyiasati perkembangan teknologi informasi secara bersama-sama. Di era digitalisasi, sebuah bisnis tidak bisa berkembang dan bertahan bila berjalan sendirian. Pemilik bisnis harus berani mengambil risiko untuk berkembang jadi lebih baik. Siapa yang lebih lincah dalam mengantisipasi perkembangan teknologi, dialah yang akan lebih bisa bertahan.

Terus mencari inovasi

Jangan cepat puas dengan hasil yang telah Anda dapatkan. Terus berinovasi untuk selalu menjadi terdepan. Karena di era revolusi industri 4.0, segalanya sangat cepat berubah. Kalau Anda tidak bisa mengikutinya, Anda pun akan ketinggalan. Ide seputar inovasi bisa didapatkan melalui media sosial dengan melibatkan pengikut atau konsumen Anda. Bisa juga melalui kompetisi dengan melibatkan para pekerja agar mereka bisa terpacu untuk berpikir lebih kreatif. Tidak lupa untuk menjadi anggota komunitas bisnis agar Anda memiliki wadah untuk saling bertukar informasi atau sekedar mencari insight demi mendapatkan inovasi terbaru.

Bicara soal inovasi, biasanya ada biaya yang harus dikeluarkan. Termasuk dalam menciptakan inovasi yang bentuknya bisa berupa produk atau jasa. Jika dalam hal ini Anda terkendala dari sisi pembiayaan, tidak ada salahnya untuk mencoba fasilitas yang disediakan oleh marketplace lending seperti Investree. Di mana Anda bisa mengajukan pinjaman untuk didanai oleh banyak pemberi pinjaman ritel maupun institusi. Pengajuannya online, biayanya terjangkau, dan persetujuannya cepat. Di Investree sendiri, Anda bisa mengajukan pinjaman melalui beberapa produk/skema sesuai model dan kebutuhan bisnis Anda, seperti Invoice Financing, Online Seller Financing, dan Working Capital Term Loan. Ada layanan syariahnya juga di Investree Syariah. Hingga bulan Desember 2019, nikmati promo percepatan persetujuan pembiayaan CRING! Cepat dan RINGkas untuk produk Invoice Financing Syariah. Pelajari selengkapnya di sini.

Menerapkan strategi pemasaran baru

Di era revolusi industri 4.0, model pemasaran yang diterapkan adalah marketing 3.0. Dimana marketing 1.0 hanya fokus pada produk, sedangkan marketing 2.0 fokus kepada konsumen, dan marketing 3.0 melihat konsumen tidak hanya sebatas pemakai. Namun juga melihat konsumen sebagai manusia. Sehingga konsumen akan memilih produk yang dapat memuaskan keinginannya. Dengan memperlakukan konsumen “as a human”, strategi pemasaran yang diterapkan lebih mengedepankan soft selling. Proses pemasaran yang sekaligus bisa memberikan nilai tambah pada produk yang ditawarkan. Dengan begitu, konsumen tidak hanya mendapatkan sebuah produk, tapi juga ada nilai tambahan yang bisa mereka dapatkan.

Don'ts

Tidak memiliki ciri khas sebagai diferensiasi

Semakin mudahnya orang membuat bisnis di era revolusi digital 4.0, semakin banyak bisnis yang menyerupai bisnis Anda. Karena itu, bisnis Anda harus memiliki spesialisasi sebagai identitas untuk membedakan bisnis Anda dengan yang lainnya. Jika Anda mengambil inspirasi dari bisnis orang lain, jangan menirunya dengan tidak memberi perubahan sama sekali. Meski hanya sedikit, usahakan untuk memberi perbedaan dari bisnis lainnya yang sejenis. Karena bila bisnis Anda tidak memiliki ciri khas, konsumen akan kesulitan juga menemukan merek Anda.

Tertutup dan tidak mau mengikuti tren

Hal ini juga berlaku dalam menjalankan strategi beriklan. Anda harus tahu bagaimana strategi beriklan yang sedang tren. Apakah iklan melalui media sosial, Google Ads, atau menggunakan sistem dukungan (endorsement) dari influencer Instagram maupun Youtube atau tokoh publik lainnya agar cepat dikenal oleh masyarakat. Anda harus bisa membaca pasar. Mencari tahu apa yang lagi hype dan berupaya menyediakan produk yang sedang diminati masyarakat. Bukan terkesan ikut-ikutan, hal ini dilakukan hanya agar bisnis Anda dapat terlihat selalu eksis. Menjadi tertutup hanya akan membuat bisnis Anda berjalan lambat atau bahkan cenderung stagnan.

Tetap menjalankan bisnis secara tradisional

Bila Anda tetap menjalankan bisnis secara tradisional tanpa ada inovasi ke arah digital, Anda akan merasakan perbedaannya. Bisnis di era industri 4.0 harus bisa berjalan dengan cepat dan memiliki konektivitas sehingga mampu menjawab kebutuhan masyarakat dan itu semua dapat dilakukan dengan bantuan teknologi. Bukankah perkembangan bisnis yang cepat bisa membantu keuangan perusahaan menjadi lebih baik? Dengan memanfaatkan teknologi digital, biaya operasional untuk menjalankan bisnis juga bisa jadi lebih hemat.

Revolusi industri 4.0 juga membuat jalannya bisnis menjadi lebih transparan. Perbedaan antara satu produk dengan produk lainnya akan terlihat semakin jelas. Keterlibatan konsumen pada merek menjadi hal wajib yang harus dibangun. Ulasan positif akan menjadi kekuatan data yang bermanfaat bagi perkembangan bisnis Anda. Yang pada akhirnya, hanya yang terbaik yang bisa bertahan.

Referensi:
Alex Gray. 25 September 2018. Business 4.0 is as much about mindset as technology. #DigitalDirections: https://bit.ly/2FC3cNl
Andreas Hassim. 29 Juli 2016. Revolusi Model Bisnis pada Era Industri 4.0. Investor Daily: https://bit.ly/2HCAWxn
Jayne Gest. 20 November 2018. Demystifying Industry 4.0 for Business Owners and Manufacturers. Smart Business Magazine: https://bit.ly/2Adnbiy