6 Pengeluaran Sepele yang Menyebabkan Latte Factor

Apa itu latte factor? Ini seperti ibarat bocor halus pada ban yang suka tidak terasa, tahu-tahu ban sudah kempes dan tidak bisa buat jalan. Sama seperti pengeluaran yang sering tidak kita sadari, tahu-tahu saldo di rekening sudah habis begitu saja. Bila Anda termasuk salah satunya, itu berarti Anda sedang mengalami yang namanya latte factor. Seorang penulis keuangan, David Bach menggambarkan latte factor sebagai sejumlah pengeluaran kecil yang tanpa sadar sering kita keluarkan berulang. Lalu, sebenarnya apa saja, sih, pengeluaran kecil yang sering menyebabkan terjadinya bocor halus anggaran bulanan ini? Nah, Investree sudah menyiapkan list-nya untuk Anda. Simak, yuk, yang di bawah ini!

Makan di luar plus bungkus

Sering kali makan di luar menjadi sarana penghiburan di kala bosan atau ketika merasa sedih. Ini bisa bahaya karena kemungkinan Anda mengeluarkan uang tanpa sadar lebih besar, bila sedang berada di kondisi tersebut. Ditambah sudah jadi kebiasaan untuk makan siang di luar saat ngantor, dan makan di luar bareng keluarga di waktu weekend. Nah, yang jadi masalah dan bisa menyebabkan latte factor adalah ketika ada ‘ekstra’ orderan. Misal, mau nambah untuk dibungkus, mau nambah camilan sembari menunggu makanan datang, atau tergoda untuk upgrade ukuran yang lebih besar. Sudah jelas itu yang bikin pengeluaran Anda makin bengkak meski tidak disadari. Belum lagi sesimpel Anda ingin mencoba membeli camilan kecil dari mesin penjual otomatis atau sekadar ingin mencoba jajanan dan toko baru, tanpa sadar Anda mengeluarkan sejumlah uang kecil yang mungkin seharusnya tidak perlu dilakukan. Meski nilainya kecil dan tidak dilakukan pada hari yang sama, tetapi bila dijumlah dalam waktu 30 hari, nilainya pasti jadi lebih besar.

Kebiasaan ngopi yang harus dari coffee shop

Ini juga dilema, rasanya bukan ngopi kalau bukan dengan produk yang dibeli di kedai kopi. Bahkan, kopi memainkan peran penting di tempat kerja di seluruh Amerika Serikat, tidak terkecuali di Asia, termasuk Indonesia. Wah, wah, kalau sudah begini jelas bikin pengeluaran jadi bengkak. Bayangkan saja, paling tidak Anda mengeluarkan uang Rp35.000 – Rp40.000 per hari untuk membeli minuman di kedai kopi. Kalau ditotal selama 30 hari besarnya menjadi Rp1.200.000. Meski ini hanya 10% dari total gaji Anda setiap bulan, tapi lumayan kalau bisa dialihkan ke tabungan/investasi atau sekedar untuk menambah cicilan kartu kredit biar tak membayar tagihan minimalnya saja. Banyak orang hanya menutup mata dan tidak mau menyadari berapa banyak yang telah dihabiskannya, tak heran bila gaji berapa pun rasanya tidak pernah cukup. Pengeluaran yang dianggap kecil pun bisa berdampak besar bagi keuangan Anda. Mulai sekarang, coba jangan hanya memikirkan kehidupan hari ini, namun pikirkan juga kehidupan hari esok dan seterusnya.

Ongkir online shop dan food delivery

Bagi sebagian orang yang melakukan transaksi di online shopping ingin barang yang dibelinya cepat sampai, sehingga promo gratis ongkir pun yang lama sampainya tidak dimanfaatkan. Ini yang kemudian bisa menjadi latte factor karena bila selisihnya saja bisa mencapai Rp 50.000 dan dilakukan sebanyak 8 kali dalam satu bulan, totalnya sudah Rp 400.000. Sudah lumayan, kan, kalau uang tersebut bisa ditabung untuk dana pendidikan anak. Nah, buat Anda yang suka pesan makanan via online juga bisa bikin pengeluaran lebih boros. Bayangkan, biaya kirim makanan sekali pesan untuk resto terdekat saja berkisar Rp 6.000 – Rp 10.000. Belum lagi harganya lebih mahal ketimbang Anda membelinya secara langsung. Meski nilainya kecil tapi kalau Anda melakukannya berkali-kali dalam hitungan satu bulan, nilainya tentu terus bertambah. Jadi, tidak heran kalau uang di rekening Anda suka cepat habis begitu saja.

Layanan utilitas yang tidak terpakai

Ini yang sering tidak kita sadari. Misalkan, karena terlalu takut koneksi satu provider buruk, Anda sampai berlangganan 3 provider sekaligus. Tidak cukup puas dengan itu, demi mendapat hiburan yang maksimal di rumah – Anda berlangganan kabel TV dengan paket premium atau sampai memasang semua TV yang ada di rumah Anda dengan kabel TV yang tentu menimbulkan biaya tambahan. Belum lagi paket telepon seluler yang sering tidak terpakai karena lebih sering menggunakan aplikasi WhatsApp. Suka menyalakan produk elektronik atau lampu yang padahal tidak digunakan juga dapat meningkatkan biaya utilitas. Coba luangkan waktu beberapa menit untuk meninjau tagihan utilitas dan tanyakan pada diri Anda apakah Anda benar-benar membutuhkan layanan tersebut atau tidak. Mungkin saja masih ada yang bisa dipangkas agar dapat menghemat pengeluaran Anda setiap bulan.

Terlalu banyak punya aplikasi berlangganan

Bila berlangganan kabel TV masih dirasa kurang, tidak jarang dari Anda masih juga berlangganan aplikasi streaming untuk menonton film atau drakor favorit, sebut saja aplikasi Netflix, Viu, dll. Coba cek gadget Anda, ada berapa aplikasi serupa yang Anda upgrade ke akun premium? Biaya langganan setiap bulannya meski kecil, namun bila tidak maksimal Anda gunakan juga sayang. Apalagi kalau Anda membayarnya dengan kartu kredit, makin tidak terasa saja. Bahkan, Anda sering lupa telah membayar biaya langganan apa saja karena sistem yang otomatis membuat Anda tidak sempat berpikir dan mempertimbangkan mana saja yang benar-benar Anda butuhkan. Mending pilih salah satu, ingin menggunakan kabel TV atau berlangganan satu aplikasi streaming? Toh, konten hiburan yang disediakan biasanya tidak jauh berbeda, sama-sama dapat menghibur, kok!

Jadi pelanggan setia minimarket

Minimarket yang tersebar di mana-mana tanpa sadar membuat pengeluaran kita semakin boros. Misal, saat cuaca panas, dengan sigap kita langsung menuju ke minimarket untuk membeli minuman dingin. Butuh apa-apa langsung beli di minimarket, apalagi kalau perginya membawa anak, yang pasti mereka akan minta jajan tambahan. Pengeluaran kecil yang berulang tersebut dapat menguras dompet Anda. Belum lagi kalau ada stok kebutuhan rumah tangga yang habis tinggal mampir ke minimarket, yang jatuhnya Anda akan membeli lebih banyak dari yang dibutuhkan. Mana lagi harga produk di minimarket biasanya lebih mahal ketimbang bila Anda membelinya secara grosiran setiap awal bulan di supermarket yang harganya lebih murah. Jadi, jika Anda tidak berhati-hati, pengeluaran seperti itu bisa menjadi latte factor yang dapat merugikan keuangan.

Penjelasan di atas mewakili 6 kebocoran pengeluaran (latte factor) yang paling sering kita lakukan di kehidupan sehari-hari. Coba Anda lebih aware agar dapat perlahan menguranginya. Cara paling efektif untuk menyadari latte factor adalah dengan melacak pengeluaran Anda secara rutin. Dengan begitu, Anda akan lebih mudah menentukan area ‘lemah’ yang sering membuat Anda tidak sadar melakukannya. Setelah itu, berusahalah melakukan antisipasi dan menyesuaikan pengeluaran Anda. Agar kebocoran yang sedikit itu tidak berubah menjadi banjir yang lebih besar.

Referensi:

Lama Farran. The Latte Factor: 8 Ways We Often Overspend. Becomingminimalist.com: https://www.becomingminimalist.com/latte-factor/

Prita Hapsari Ghozie. 6 Agustus 2020. Kok Boros? Kenali Latte Factor mu. Instagram @pritaghozie: https://www.instagram.com/p/CDjDKFfDeJv/