Hindari Perilaku Konsumtif yang Bikin Boros dengan Cara Ini

Pernahkah Anda mendengar istilah "affluenza"? Istilah ini kembali muncul di tahun 2013 yang menunjukkan suatu pemikiran bahwa uang dapat membeli kebahagiaan. Pada akhirnya, mereka tidak dapat memaknai kekayaan yang dimiliki karena terus berusaha untuk menjadi kaya dan tidak pernah merasa puas. Gejala ini mulai terlihat di level kelas menengah Indonesia, terutama menimpa generasi milenial. The Boston Consulting Group (BCG) menyebutkan pada tahun 2012, jumlah Middle-Class and Affluent Consumers (MAC) di Indonesia sebanyak 74 juta jiwa dan akan terus bertambah menjadi 141 juta jiwa di tahun 2020. Gejala affluenza ditandai dengan adanya kekhawatiran berlebih terhadap citra diri karena status sosial-ekonomi mereka sendiri.

Dampaknya, untuk mendongkrak citra diri, mereka jadi lebih konsumtif dan membiarkan perilaku tersebut menjadi gaya hidup. Seram banget! Lantas, bagaimana cara untuk menghindari perilaku konsumtif di hidup Anda? Simak beberapa tips dari Investree berikut ini!

Cari tahu pemicu perilaku konsumtif

Untuk bisa menghentikan pengeluaran yang berlebihan dari adanya perilaku konsumtif, Anda harus lebih dulu mengetahui apa pemicunya. Cari tahu pemicu berdasarkan waktu dan suasana hati, lingkungan Anda berada, atau pola gaya hidup.

Berdasarkan waktu dan suasana hati, pastikan Anda tidak berbelanja saat Anda sedang merasa stres. Lebih baik berbelanja saat Anda sedang memiliki lebih banyak energi atau sedang merasa senang. Dengan begitu akan membuat Anda lebih bijaksana dalam menentukan pilihan pengeluaran, serta pikiran yang rileks bisa membuat Anda berpikir lebih rasional. Memang, banyak orang yang menjadikan aktivitas berbelanja sebagai terapi saat mereka sedang merasa tertekan. Mungkin Anda bisa mencoba terapi lain dengan mengunjungi pusat kebugaran atau taman kota. Pergilah berjalan-jalan atau berolahraga ringan untuk mengangkat kembali mood Anda.

Lalu, bagaimana jika pemicu perilaku konsumtif datang dari lingkungan Anda berada? Coba hindari lingkungan yang bisa membuat Anda merasa wajib mengeluarkan lebih banyak uang hanya karena Anda sedang berada di sana. Seperti, saat Anda sedang berada di pameran, pusat perbelanjaan, dan bahkan ketika Anda sedang berlibur. Lingkungan seperti itu bisa memacu Anda untuk cenderung berbelanja secara implusif. Atau bisa siasati dengan hanya membawa uang tunai secukupnya.

Selain itu, perhatikan pola gaya hidup dari lingkungan sosial Anda. Apakah teman-teman di sekeliling memberikan pengaruh buruk terhadap kondisi keuangan Anda? Jika Anda merasa tidak mampu mengikuti teman-teman yang terus mengajak makan di restoran mewah, berbelanja secara royal, serta ikut liburan mahal, jangan ragu untuk menolak ajakan mereka. Anda punya hak untuk menentukan gaya hidup Anda sendiri di lingkungan sosial Anda. Dengan begitu, Anda bisa tetap menikmati kehidupan sosial yang menyenangkan tanpa harus membebani keuangan Anda.

Hindari kemudahan pembayaran

Salah satu faktor yang membuat Anda menjadi lebih konsumtif yaitu karena sering mengandalkan kartu kredit. Semakin Anda memberi peluang kemudahan untuk melakukan pembayaran, semakin banyak pembelian yang Anda lakukan. Coba untuk tetap menggunakan cara tradisional, membayar dengan uang tunai. E-wallet mungkin juga memberi Anda kemudahan untuk bertransaksi. Namun, ini masih lebih baik dari kartu kredit. Karena Anda akan berbelanja sebatas saldo yang dimiliki. Dompet elektronik saat ini juga banyak menawarkan promo cash back yang memberi Anda tambahan keuntungan. Usahakan untuk tidak menyimpan uang berlebih di dompet elektronik. Sesuaikan dengan anggaran untuk berbelanja saja. Agar pola konsumsi Anda tetap bisa terkontrol. 

Sebelum membeli, inventaris barang Anda

Bila bicara soal membeli pakaian baru, menurut Jenna Suhl seorang desainer fashion di San Francisco, tidak jarang orang membeli barang baru justru karena mereka memiliki begitu banyak sampai-sampai mereka sendiri tidak dapat melihat apa yang sudah dimilikinya. Agar Anda dapat melihat seluruh barang yang dimiliki, penting untuk melakukan inventaris secara rutin. Singkirkan barang (pakaian/aksesoris) yang sudah tidak terpakai, sudah sempit, atau sudah ketinggalan zaman. Ini berlaku tidak hanya untuk pakaian dan aksesoris, tapi juga untuk peralatan elektronik, produk rumah tangga, bahkan kosmetik. Anda bisa menyumbangkannya kepada orang lain, agar Anda tidak terus-menerus melakukan pembelian karena selalu merasa kurang.

Lalu, ada lagi analogi keliru yang terkadang tidak disadari. Ketika Anda membeli suatu barang bermerek dengan harga yang mahal, seringkali Anda justru jarang menggunakannya. Itu karena Anda ingin melindungi barang tersebut agar tidak cepat rusak. Alih-alih tidak menggunakannya, kemudian Anda membeli lagi barang yang lebih murah untuk digunakan sehari-hari. Alhasil, Anda kurang mendapat kepuasan dari barang yang Anda beli dan coba menghiburnya dengan terus membeli barang baru. Ini menjadi awal perilaku konsumtif itu muncul. Sebaiknya Anda membeli satu barang dengan kualitas baik, meski harganya lebih mahal. Tapi terus gunakan, jangan hanya disimpan. Dengan begitu bisa memberi kesenangan dan kepuasan pada diri Anda. Sehingga Anda tidak lagi tergoda untuk melakukan pembelian.

Selalu bersyukur dan tahan godaan

Rasa syukur adalah yang paling utama menangkal perilaku konsumtif. Berusaha untuk selalu bersyukur atas apa yang dimiliki, termasuk kesederhanaan dalam menjalani hidup. Tidak melulu selalu berlebihan, kalau dengan yang sedikit saja Anda sudah merasa cukup. Rasa syukur mampu menciptakan rasa keberlimpahan dalam diri Anda. Sehingga Anda bisa merasa pas, memadai, dan tidak mudah tergoda untuk terus-menerus melakukan pembelian.

Tidak mudah tergoda pada strategi penjualan juga bisa menjadi cara cerdas menghindari perilaku konsumtif. Promo “buy 1 get 1” seringkali kita temukan, yang nyatanya itu hanya strategi penjualan agar Anda melakukan lebih banyak pembelian. Selama Anda membutuhkannya, tidak masalah. Namun, jangan membelinya hanya karena tergoda. Belakangan Anda baru menyadari bahwa pengeluaran belanja sudah melebihi anggaran.

Bulan Ramadhan di mana seluruh umat muslim menjalankan ibadah puasa bisa menjadi momen bagi Anda untuk mengendalikan godaan perilaku konsumtif. Ibadah puasa jangan sampai membuat pengeluaran Anda justru lepas kendali. Tetap miliki anggaran untuk setiap buka puasa dan sahur, sama seperti hari-hari biasa di luar bulan Ramadhan. Jangan menjadikan puasa sebagai alasan untuk menjadi lebih konsumtif. Tetap sisihkan uang untuk bersedekah sebagai bentuk investasi jangka panjang. Bukankah bulan Ramadhan menjadi bulan yang paling baik untuk saling berbagi?

Referensi:
Kit Yarrow. 20 November 2014. 12 Ways to Stop Wasting Money and Take Control of Your Stuff. Money: http://bit.ly/2ZVGXeB
Debra Pangestu. 2019. How to Stop Spending Money: 7 Tips and Tricks to Curb Your Overspending. My Money Coach. Blog: http://bit.ly/2DR93OF
Yok. 18 April 2018. Budaya Konsumtif yang Mengancam Generasi Milenial. Koran Jakarta: http://bit.ly/2Vi3Fyz