Expert Article Prita Ghozie: 17 Agustus, Merdeka Cash Flow Bisnis

Bagi para pebisnis, salah satu tantangan dalam mengelola keuangan usaha adalah dalam hal pengaturan cash flow. Tantangan pertama, ada peluang dan kesempatan untuk melakukan ekspansi usaha, namun kekurangan modal kerja. Tantangan kedua, pebisnis berhasil meningkatkan penjualan, namun saldo kas usaha menipis. Tantangan ketiga, pembayaran tagihan biaya usaha jatuh tempo, namun kas dari penjualan belum sepenuhnya diterima. Apabila hal ini tidak diatasi segera, maka lambat laun akan membahayakan kesehatan keuangan usaha. Lantas, bagaimana cara mengelolanya?  

Hal pertama yang sebaiknya dilakukan adalah membuat proyeksi atau jumlah ramalan penjualan dan beban operasi penting untuk dilakukan. Saya sarankan Anda membuat proyeksi untuk 12 bulan ke depan sejak pertama usaha beroperasi. Cara membuat proyeksi adalah dengan membandingkan potensi pendapatan penjualan (omzet) dengan harga pokok penjualan (cost of goods sold) plus biaya tetap operasi (fixed cost). Tetapkan perkiraan harga penjualan agar Anda dapat menghitung potensi laba alias keuntungan.

Kedua, pebisnis sebaiknya membuat proyeksi anggaran arus kas atau cash flow budgeting untuk setahun kedepan. Dari budgeting ini, pebisnis akan dapat mengetahui kebutuhan kas setiap bulannya. Secara umum, pemasukan arus kas akan berasal dari 3 (tiga) tempat yaitu arus kas dari operasi usaha, arus kas dari pembiayaan usaha, dan arus kas dari investasi. Arus kas dari operasi usaha umumnya berasal dari penjualan tunai atau saat pembayaran dari pelanggan diterima. Arus kas dari pembiayaan umumnya berasal dari pinjaman usaha. Sedangkan, arus kas dari investasi umumnya berasal dari setoran modal pemilik usaha.

Ketiga, Anda harus menyadari bahwa istilah "cash is king" adalah hal nyata dalam bisnis UKM. Sebuah bisnis sering membutuhkan uang tunai untuk membangun kapasitas yang diperlukan untuk melayani pelanggan. Pahami bahwa pelanggan Anda mungkin lambat untuk membayar tagihan. Sehingga, kekurangan kas dapat mengancam operasi bisnis. Itu sebabnya, memiliki dana darurat untuk kebutuhan operasional bisnis selama 12 bulan ke depan sebaiknya disiapkan sebagai bagian dari modal awal.

Keempat, membuat panduan pengaturan arus kas. Dengan bantuan cash flow budgeting, maka pebisnis dapat membuat aturan untuk pembayaran tunai serta pembayaran tunda. Misalnya, memberikan diskon untuk pembayaran tunai agar saldo kas jadi lebih terukur. Cara lain adalah mengumpulkan pembayaran ke pihak luar dengan dalam satu tanggal tertentu agar kebutuhan arus kas dapat lebih terukur juga.

Saat pertama kali memulai bisnis, sangat disarankan untuk mendanai usaha dengan modal pribadi para pemiliknya. Setelah bisnis berjalan setidaknya 12 bulan, maka dapat mempertimbangkan untuk melakukan pembiayaan usaha dari sumber lain. Pahami tingkat suku bunga yang akan menjadi biaya pinjaman dan juga syarat serta ketentuannya. Biaya pinjaman adalah bagian dari biaya usaha, sehingga sebaiknya diperhitungkan juga ke dalam harga penjualan.

Berbagai alternatif pembiayaan modal usaha dapat diakses melalui berbagai program kredit modal kerja hingga pinjaman usaha dari perusahaan fintech lending salah satunya Investree. Perusahaan fintech lending adalah layanan pinjam meminjam online atau marketplace lending yang memberikan pilihan pembiayaan sangat fleksibel terutama bagi pengusaha mikro, kecil, dan menengah. Untuk menjadi peminjam melalui fintech lending, yang perlu dilakukan adalah mengunggah semua dokumen yang dibutuhkan untuk mengajukan pinjaman secara online, termasuk laporan keuangan dalam jangka waktu tertentu dan juga tujuan mengambil pinjaman tersebut. Bagi badan usaha yang mendaftar sebagai peminjam, biasanya akan diminta menyerahkan dokumen identitas, bukti legalitas perusahaan, dan laporan keuangan usaha.

Permohonan pinjaman dapat diterima atau pun ditolak, tentunya tergantung dari beragam faktor. Jika permohonan ditolak maka peminjam harus memperbaiki segala hal yang menjadi alasan penolakan permohonan peminjam. Kemudian, jika diterima, suku bunga pinjaman baru akan diterapkan dan pengajuan pinjaman peminjam akan dimasukkan ke dalam marketplace yang tersedia agar semua pendana bisa melihat pengajuan pinjaman peminjam. Lalu, bagaimana jika pengusaha membutuhkan pinjaman dengan proses yang ringkas dan cepat?

Bagi pengusaha pemula maupun yang sudah lama beroperasi, sekarang dapat memanfaatkan fasilitas percepatan persetujuan pembiayaan CRING! Cepat dan RINGkas untuk produk Invoice Financing Syariah dari Investree. Tak ada lagi yang membatasi pelaku UKM dalam mendapatkan pembiayaan modal usaha karena fasilitas CRING! di Investree prosesnya cepat dan cukup melampirkan rekening koran usaha. Dokumen yang harus disiapkan yaitu legalitas Perusahaan dan Direksi, rekening koran selama 3 (tiga) bulan terakhir, invoice, dan dokumen terkait. Syarat dan ketentuannya adalah sebagai berikut:

  1. Berlaku untuk Penerima Pembiayaan Perusahaan (PT/CV) khusus Invoice Financing Syariah.
  2. Memiliki invoice yang dijadikan jaminan untuk mengajukan pembiayaan Invoice Financing Syariah.
  3. Nominal mulai dari Rp 50 juta hingga Rp 750 juta per pembiayaan.
  4. Perusahaan atau Direksi Perusahaan pernah atau sedang memiliki pembiayaan di Lembaga Keuangan lain.
  5. Langsung ditawarkan di marketplace Investree 3-5 hari sejak dokumen lengkap.
  6. Proses pencairan 1-2 hari kerja sejak penawaran di marketplace Investree.
  7. Periode promo: 1 Juli – 31 Desember 2019.

Itulah 4 (empat) langkah agar cash flow bisnis menjadi lebih terencana. Mulailah untuk tertib membuat catatan arus kas setiap bulannya agar perencanaan dapat dilakukan dengan lebih baik. Bulan Agustus ini, harus sudah bebas cash flow bisnis dari kesulitan. Live a beautiful life!